Supervisi terjadi pertama kali pada abad ke-17
dimana pada saat itu di Eropa dan Amerika tejadi tarik menarik mengenai
otoritas sekolah antara kepala sekolah dengan supervisi yang berasal dari luar sistem
sekolah. Dari tarik-menarik mengenai otoritas tersebut, akhirnya sekolah juga
menyetujui bahwa supervisor yang berasal dari sekolah tersebut tetap boleh
masuk, tetapi dengan catatan otoritas sekolah masih tetap diakui. Kemudian pada
abad ke-18 perkembangan ditunjukkan pada praktik-praktik supervisi lebih banyak
mengarah ke inspeksi, kepenilikan, dan kepengawasan. Pada abad ke-19, supervisi
lebih profesional lagi dengan supervisor tidak lagi sekadar mengontrol dan
memberikan kepemilikan di bidang pembelajaran, melainkan mengimbas juga ke
bidang-bidang administratif, serta dalam abad ini supervisi lebih menonjolkan
aspek kontrol ketimbang aspek supervisinya. Pada kurikulum 1984 dan
seterusnya supervisi lebih banyak
beralih menjadi tanggung jawab kepala sekolah, karena kepala sekolah hampir
setiap hari bertemu dengan guru.
Perkembangan ilmu manajemen sangat berpengaruh
terhadap perkembangan pendekatan supervisi. Pendekatan yang dimaksut adalah
pendekatan ilmiah yang behubungan erat dengan pengupayaan efektivitas
pembelajaran; pendekatan artistik yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi, dan
pengetahuan supervisor sebagai sarana untuk mengapresiasikan kejadian-kejadian
pembelajaran yang bersifat subtle (halus) dan sangat bermakna di dalam kelas;
dan pendekatan klinis yang beranggapan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas
yang kompleks sehingga dibutuhkan perencanaan pertemuan, observasi, pertemuan
berikutnya, dan refleksi kolaborasi didalamnya.
Selain pendekatan tersebut, supervisi mengalami pekembangan pula
pada pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar. Pendekatan yang
tercakup kedalamnya adalah direktif yang cara pendekatan permasalahannya
dilakukan secara langsung; pendekatan non-direktif dimana supervisor hanya
membantu, mendorong guru agar mampu mengembangkan kemampuannya dan
kreativitasnya; serta pendekatan kolaboratif yang memadukan kedua pendekatan
sebelumnya, dalam arti lain bahwa supervisor dan guru bersama-sama, bersepakat
untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi. Perkembangan dan perpaduan dari
berbagai pendekatan supervisi pengajaran oleh supervisor dapat meningkatkan
keefektifan supervisi pengajaran dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas
pengajaran.
Tidak ada komentar