Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru



Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
Kepemimpinan Pendidikan
Yang dibina oleh Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd
Semester Gasal 2018/2019




Oleh
Firman Budi Santoso  (170131601044)





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

NOVEMBER 2018



KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya penulis  menyajikan makalah ini dengan tema “Kompetensi Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru”. Hanya karena kerahmatan-Nya, penulis dapat menulis makalah ini menjadi sedemikian rupa. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah terutama pada Pendekatan, Metode dan Instrumen Supervisi Pengajaran.
            Pembahasan makalah ini dimulai dengan menjelaskan konsep dasar dari supervisi, perencanaan supervisi yang dihubungkan dengan upaya peningkatan profesionalitas guru, pendekatan dan teknik supervisi pengajaran, dan tindak lanjut hasil dari kegiatan sartisticupervisi yang dilengkapi dengan lampiran instrument supervisi. Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap dapat menjadi preferensi dalam menghadapi permasalahan yang relevan dengan topik.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharap adanya kritik dan saran membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen Kepemimpinan penulis Prof. Dr. Ibrahi Bafadal, M.Pd atas bimbingannya hingga selesainya makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kehiduan bermasyarakat.



Malang, November 2018
Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Globalisasi telah menimbulkan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin pesat perkembangannya. Hal ini sangat menuntut adanya perubahan mendasar pada setiap bidang kehidupan, ekonomi, politik, social, budaya, termasuk pendidikan. Dalam hal ini, dibutuhkan penanganan yang bersifat strategis dalam menciptakan informasi-informasi pada setiap sector pengembangan yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambungan.
Kepala sekolah sebagai penggerak dibidang pendidikan memiliki peran utama dalam mempersiapkan segala pengembangan tersebut, termasuk dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang professional. Sumber sya manusia yang dimaksud dalam sektor pendidikan yaitu tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa. Tentunya pendidikan menitikberatkan pada kegiatan pembelajaran karena hal itu merupakan inti dari sebuah instansi pendidikan. Guru merupakan gerbang utama dalam penentu kualitas pendidikan, oleh karena itu perhatian kepala sekolah terhadap guru diharapkan lebih intens berhubungan dengan upaya meningkatkan profesionalitas agar tercipta pembangunan yang efektif dan efisien.
Kepala sekolah sebagai penggerak dari sebuah instansi pendidikan diharuskan memiliki kompetensi-kompetensi inti. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah kompetensi kepala sekolah ada lima, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Lima kompetensi ini wajib dimiliki kepala sekolah untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai penggerak di instansi pendidikan formal.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kompetensi supervisi kepala sekolah dengan indikator-indikator seperti: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; serta (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.


B.      RUMUSAN MASALAH
1.       Bagaimana konsep dasar supervisi?
2.       Bagaimana perencanaan kegiatan supervisi dalam rangka peningkatan profesionalitas guru?
3.       Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru melalui macam-macam pendekatan dan teknik supervisi?
4.       Bagaimana tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru?

C.      TUJUAN
1.       Dapat menjelaskan konsep dasar supervisi
2.       Dapat menjelaskan perencanaan kegiatan supervisi dalam rangka peningkatan profesionalitas guru.
3.       Dapat menjabarkan pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru melalui macam-macam pendekatan dan teknik supervisi.
4.       Dapat menjelaskan tindak lanjut hasil supervisi akademik terhadap guru guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Dasar Supervisi
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya senantiasa mensupervisi segala pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan agar tercipta professionalitas dari guru tersebut dan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Supervisi berasal dari Bahasa Inggris supervision yang berarti pengawas atau kepengawasan. Muslim (2013:36) menjelaskan bahwa para guru dan mereka-mereka yang terlibat dalam berbagai aktivitas kesupervisian lebih mengenal istilah inspeksi, sebagaimana pernah dan cukup lama dipraktekkan di lingkungan persekolahan. Sebenarnya, konsep inspeksi dan supervisi merupakan dua konsep yang bertentangan. Inspeksi cenderung mengarah pada pengawasan, yang dalam arti lain lebih menekankan pada kekuasaan yang bersifat otoriter dengan selalu mencari kesalahan-kesalahan. Sedangkan supervisi lebih menekankan pada kegiatan pengarahan atau pemberian layanan pada guru dengan mengusung unsur persahabatan dan kerjasama yang baik.
Menurut Muslim (2013: 37), supervisi merupakan usaha pelayanan dan pemberian bantuan dalam rangka memajukan dan meningkatkan proses dan hasil belajar-mengajar. Kepala sekolah sebagai supervisor harus mewujudkan suatu kegiatan supervisi pendidikan serta dapat memanfaatkan hasilnya. Esia-Donkoh & Ofosu-Dwamena (2014:67) juga menjelaskan bahwa “educational supervision as a collaborative process in different stages because it welcomes various views that represent the proper relationship between the supervisor and the teacher so as to address the educational problems and find appropriate solutions to them.Jadi pada intinya supervisi merupakan pemberian bantuan oleh kepala sekolah terhadap guru untuk bersama-sama memukan solusi dari permasalahan pembelajaran.
 Mulyasa (2013:112) menjelaskan bahwa kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboraturium. Di bidang akademik, Imron (2014) menjelaskan bahwasanya supervisor dapat melakukan kegiatan supervisi dalam bentuk sebagai berikut:


1.       Di bidang kurikulum
a.       Membantu guru dalam mencermati kurikulum;
b.       Membantu guru dalam melakukan workshop kurikulum;
c.       Membantu guru dalam menyusun silabus; dan
d.       Membantu guru dalam menyusun KKM.
2.    Di bidang pembelajaran
a.       Membantu guru dalam menyusun RPP;
b.       Membantu guru dalam implementasi pembelajaran;
c.       Membantu guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran;
d.       Membantu guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran;
e.       Membantu guru dalam menerapkan berbagai media pembelajaran;
f.        Membantu guru dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
g.       Membantu guru dalam meningkatkan keterampilan pembelajaran; dan
h.       Membantu guru dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan evaluasi berbasis kelas
 Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis dan program supervisi nonklinis. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasuk supervisi untuk mengembangkan sekolah. Alila, dkk. (2016:303) menjelaskan bahwa “Supervision is not widely used in teaching at the moment, and therefore, studies that illustrate the importance and implementation of supervision are greatly needed.Artinya bahwa supervisi bukan merupakan sebuah kegiatan pembelajaran, namun ilustrasi dan implementasi dari supervisi tersebut merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Fungsi utama supervisi pendidikan adalah ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Menurut Swearigen dalam Maryono (2014:21) ada 8 fungsi supervisi sebagai berikut:
1.       Mengoordinasi semua usaha sekolah
Usaha-usaha sekolah meliputi :
a.       Usaha tiap guru
Guru ingin mengemukakan ide dan menguraikan materi pelajaran menurut pandangannya kea rah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu tersebut perlu dikoordinasi.
b.       Usaha-usaha sekolah
Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun ajaran, perlu ada koordinasi yang baik.
c.       Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan
Setiap guru ingin bertumbuh dalam jabatannya. Oleh karena itu, guru selalu belajar terus-menerus, mengikuti seminar, workshop, dan lain-lain. Mereka berusaha meningkatkan diri agar lebih baik. Untuk itu, perlu adanya koordinasi yang merupakan tugas dari supervisi.
2.       Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Kepemimpinan merupakan suatu keterampilan yang harus dipelajari dan membutuhkan latihan yang terus-menerus. Salah satu fungsi supervisi adalah melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah.
3.       Memperluas pengalaman guru-guru
Supervisi harus dapat memotivasi guru-guru untuk mau belajar dari pengalaman nyata di lapangan. Melalui pengalaman baru ini mereka dapat belajar untuk memperkaya pengetahuan mereka.
4.       Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
Dalam hal ini, seorang supervisi bertugas untuk menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi kreativitas dalam dirinya. Seorang supervisi harus bisa memberikan stimulus agar guru-guru tidak hanya berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka adalah pelaku aktif dalam proses belajar mengajar.
5.       Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
Penilaian yang diberikan harus bersifat menyeluruh dan kontinu. Menyeluruh artinya penilaian itu menyangkut seluruh aspek kegiatan di sekolah. Kontinu artinya penilaian berlangsung setiap saat, yaitu pada awal, pertengahan, dan diakhiri dengna melakukan suatu tugas. Mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama dari supervisi pendidikan. 
6.       Menganalisis situasi belajar mengajar
Tujuan dari supervisi adalah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. Agar usaha memperbaiki situasi belajar dapat tercapai. Maka perlu analisis hasil dan proses pembelajaran. Banyak sekali faktor yang memengaruhi perbaikan belajar mengajar. Fungsi supervisi ialah menganalisis faktor-faktor tersebut. Penganalisisan memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha kearah perbaikan.
7.       Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.
Supervisi berfungsi untuk memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru agar dapat mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan mengajar. Mengajar merupakan suatu ilmu pengetahuan, suatu keterampilan, dan sekaligus suatu kiat. Kemampuan-kemampuan hanya dapat dicapai bila ada latihan, mengulang, dan dengan sengaja dipelajari.
8.       Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru
salah satu fungsi supervisi adalah mengembangkan kemampuan guru. Setiap guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur kemampuannya.
Agar fungsi-fungsi dari supervisi itu berjalan secara efektif dan efisien serta menghasilkan luaran yang dapat berguna dalam peningkatan mutu dan profesionalitas guru dalam melaksanakan program pembelajaran, dibutuhkan prinsip prinsip sebagai acuan pelaksanaannya. Menurut Departemen Pendidikan Nasional tahun 1994 (Muslim, 2013:45) prinsip-prinsip supervisi mencakup:
1.       Supervisi hendaknya mulai dari hal-hal yang positif;
2.       Hubungan antara supervisor dengan guru hendaknya didasarkan atas hubungan kerabat kerja;
3.       Supervisi hendaknya didasarkan atas pandangan yang obyektif;
4.       Supervisi hendaknya didasarkan pada tindakan yang manusiawi dan menghargai hak-hak asasi manusia;
5.       Supervisi hendaknya mendorong pengembangan potensi, inisiatif dan kreativitas guru;
6.       Supervisi yang dilakukan hendaknya sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru; dan
7.       Supervisi hendaknya dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan serta tidak mengganggu jam belajar efektif.

B.      Perencanaan program supervisi dalam rangka peningkatan profesionalitas guru
Sebuah pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu profesi dan nonprofesi. Ciri-ciri pekerjaan yang dianggap profesi adalah (1) pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi social; (2) dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedir kerja; (3) diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang melaksanakan pekerjaan professional; (4) dimilikinya mekanisme untuk penyaringan secara efektif, sehingga hanya mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja memberikan layanan ahli yang dimaksud; dan (5) dimilikinya organisasi profesi. Guru merupakan suatu profesi yang terlibat dalam suatu organisasi profesi yaitu instansi pendidikan. Suatu organisasi profesi mengharuskan anggotanya untuk memiliki komitmen pada diri mereka sendiri untuk menunjang keprofesionalitasan masing-masing individu.
Sebagai suatu profesi, guru yang professional diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara lebih baik terutama dalam hal mengajar. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, seorang guru perlu dibekali  dengan sejumlah kompetensi social, personal, dan professional. Oleh karena itu, masalah kompetensi guru tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh oleh supervisor sebagai pembina guru.
Perhatian yang diberikan supervisor kepada guru dapat diimplementasikan melalui berbagai program supervisi. Program-program tersebut sejatinya harus memuat berbagai aktivitas atau kegiatan yang akan dikerjakan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Muslim (2013:134) program tersebut sekurang-kurangnya menggambarkan apa yang akan dilakukan, cara melakukan, waktu pelaksanaan, fasilitas yang dibutuhkan, dan cara mengukur keberhasilan pelaksanaannya. Dengan memberikan patokan tersebut supervisor akan lebih mudah melakukan kegiatan supervisinya karena terdapat pedoman yang sebisa mungkin ia jalankan.
Supervisor sebagai perumus sebuah program dapat melakukan langkah-langkah seperti (1) mengidentifikasi masalah; (2) menganalisis masalah; (3) merumuskan cara-cara pemecahan masalah; (4) implementasi pemecahan masalah; dan (5) evaluasi dan tindak lanjut (Muslim, 2013:134). Dengan demikian diharapkan akan menghasilkan suatu program yang komperehensif dan realistik. Esia-Donkoh & Ofosu-Dwamena (2014:67) menjelaskan bahwa
It is however refreshing to note that at least 70.0% of the teachers specifically agree thateducational supervision/supervisor trains teachers to use modern teaching techniques andmethods, trains teachers to develop pupils’ communication and thinking skills, givesopportunities to teachers to use suitable teaching techniques/methods for their pupils,conducts workshops, seminars, in-service training and micro-teaching to teachers in their various schools, makes teachers familiar with latest updated issues about the schoolcurriculum, advises and helps teachers in the preparation of scheme of work andteaching/lesson plans, directs teachers to use the classroom activities which develop thepupils’ thinking skills, and encourages teachers to carry out extra curricula activities.

 Seperti contohnya dalam membantu guru menyusun rencana pembelajaran, supervisor perlu merancang sebuah program pelatihan in-service dengan memberikan desain pengajaran berdasarkan pendekatan system. Materi pelatihan tersebut dapat mencakup bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan kompetensi dasar, menentukan materi pelajaran, menggunakan strategi dan metode pembelajaran, menggunakan media dan sumber belajar, melakukan evaluasi hasil belajar, menentukan alokasi waktu, atau hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran. Desain pelatihan difokuskan pada masalah riel yang dihadapi oleh guru, sehingga solusi yang dilakukan tepat sasaran dan mengatasi masalah yang sebenarnya.
C.      Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
Dalam melaksanakan supervisi akademik, kepala sekolah sebagai supervisor haruslah memiliki pendekatan dan teknik yang tepat agar tujuan dakri supervisi tersebut berjalan sesuai indicator keberhasilan yang telah direncanakan sebelumnya.
1.       Penggunaan pendekatan supervisi Kepala Sekolah
Supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Perkembangan pendekatan supervisi pengajaran seiring dengan perkembangan ilmu manajemen. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis.
a.       Pendekatan ilmiah supervisi pengajaran
Pendekatan ilmiah supervisi pengajaran dipengaruhi oleh aliran scientific management, yang menekankan organisasi memiliki satu struktur hierarki dan bekerja dengan cara-cara yang logis, sistematis, dan rasional. Supervisi pengajaran dengan pendekatan ilmiah memiliki indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen-komponen pembelajaran, variabel-variabel proses belajar-mengajar, sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan.
Sahertian dalam Gunawan (2015) mengemukakan supervisi pengajaran yang bersifat ilmiah bercirikan hal-hal: (1) dilaksanakan secara berencana dan berkesinambungan; (2) sistematis serta menggunakan prosedur dan teknik tertentu; (3) menggunakan instrumen pengumpulan data; dan (4) ada data objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil. Supervisor dengan menggunakan skala penilaian, menilai proses belajar-mengajar guru. Hasil penelitian diberikan kepada guru sebagai balikan penampilan mengajar guru pada semester sebelumnya.
Gunawan (2015) menyatakan bahwa pendekatan ilmiah memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dari supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah pembinaan guru didasarkan pada aspek-aspek yang mudah digali, mudah dianalisis, dan disimpulkan. Sedangkan kelemahannya, adalah: (1) sering terjadi kesalahan kesimpulan. Kejadiankejadian tertentu disimpulkan sebagai kesuksesan pengajaran. Pembinaan terhadap guru lebih diarahkan pada perilaku guru yang secara umum dapat meningkatkan mutu pengajaran, misalnya memberi penguatan terhadap siswa dan memberi contoh yang konkret; (2) kesalahan komposisi. Kualitas pengajaran lebih dilihat dari penjumlahan skor variabel-variabel, indikator-indikator yang ada, dicari rata-rata hitungnya. Kalau beberapa skor indikator sangat tinggi, sementara skor indikator yang lain sangat rendah, dihitung rata-rata hitungnya maka hasilnya bias; (3) kesalahan pengkonkretan. Pendekatan ilmiah mengacu pada tampilan-tampilan yang tampak. Supervisor membantu guru didasarkan pada perilaku yang tampak pada diri guru. Padahal sistem pengajaran merupakan perpaduan komponen fisik dan psikis; dan (4) kesalahan urus. Seringkali urusan pengajaran hanya dibatasi pada peristiwa yang ada di dalam kelas, sedangkan peristiwa di luar kelas tidak mendapat perhatian.
b.       Pendekatan artistik supervisi pengajaran
Supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan artistik muncul sebagai respons atas ketidakpuasan terhadap supervisi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Eisner dalam Gunawan (2015) menyatakan supervisi pengajaran dengan pendekatan artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran serta usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor. Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi kejadian pengajaran yang bersifat lembut (subtleties). Pendekatan ini menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan supervisi. Pendekatan artistik berupaya melihat pembelajaran dengan menjangkau latar psikologi dan sosiologis pelakunya. Hal ini karena secara psikologis, manusia satu berbeda dengan yang lain, sehingga menuntut perlakuan yang berbeda pula sesuai dengan keragamannya. Menururt Gunawan (2015) Instrumen-instrumen baku yang dikembangkan pada pendekatan ilmiah, tidak mungkin dapat menggambarkan keseluruhan dari situasi pembelajaran secara holistik dan komprehensif.
Pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya tidak dapat dijadikan sebagai indicator keberhasilan dari pendekatan artistik ini. Hal ini dikarenakan pelaku pembelajaran itu berbeda. Sehingga pembelajaran tidak dapat diukur dengan menggunakan peristiwa pembelajaran yang berada dalam konteks yang lainnya lagi. Oleh karena itu, Gunawan (2015) menjelaskan bahwa pendekatan artistik menyarankan agar supervisor dan guru bersama-sama mengamati, merasakan, dan mengapresiasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Supervisor harus mengikuti guru pada saat mengajar, dengan cermat, teliti, dan utuh.
Pendekatan artistik dalam pelaksanaannya sangat bertolak belakang dengan pendekatan ilmiah. Jika pendekatan ilmiah menggunakan scientific management yang dalam pelaksanaannya mengacu pada paradigma kuantitatif, pendekatan artistik yang lebih menekankan pada sosio-psikologis dalam pelaksanaannya menggunakan paradigma kualitatif.
c.       Pendekatan klinis supervisi pengajaran
Gunawan (2015) mengungkapkan bahwa supervisi klinis merupakan suatu bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaannya, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan objektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata, untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesional guru itu. Dalam arti lain supervisi klinis merupakan suatu bentuk bimbingan oleh kepala sekolah kepada guru yang dilakukan secara intens agar guru tersebut dapat mengetahui sendiri cara-cara untuk meningkatkan professionalitasnya melalui analisis bersama.
Sergiovanni dalam Gunawan (2015) mengemukakan supervisi klinis dilakukan dalam lima tahap, yakni: (1) preobservation conference; (2) observation of teaching; (3) analysis and strategy; (4) postobservation conference; dan (5) postconference analysis. Lebih rinci Gunawan (2015) menjelaskan bahwa tahap preobservation conference (pertemuan sebelum observasi) dilakukan pembicaraan antara supervisor dan guru yang akan melatihkan kemampuannya, kemudian dilanjutkan kegiatan supervisor mengobservasi guru yang sedang mengajar (observation of teaching). Supervisor pada langkah ini mengumpulkan sejumlah data perilaku guru yang sedang mengajar. Selanjutnya supervisor menganalisis awal data yang ada dan menentukan strategi untuk membantu guru (analysis and strategy). Supervisor mempertimbangkan kontrak yang telah disepakati dengan guru, evaluasi selama guru mengajar, kualitas hubungan interpersonal antara guru dan supervisor, kompetensi, dan pengetahuan guru. Langkah selanjutnya postobservation conference (pertemuan setelah observasi). Pada langkah ini dibicarakan hasil observasi supervisor terhadap guru yang sedang mengajar. Guru menyelesaikan masalahnya dengan bantuan supervisor. Langkah yang terakhir yaitu analisis kegiatan setelah pertemuan guru dan supervisor (postconference analysis). Akhir dari langkah ini disepakatinya tindakan lanjutan yang perlu dilaksanakan pada waktu yang berikutnya. Dengan demikian hasil dari supervisi klinis yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaan supervisi klinis pada tahap berikutnya.

2.       Penggunaan Teknik Supervisi Kepala Sekolah
Dalam upaya menjalankan tugas kepala sekolah sebagai supervisor, dibutuhkan Teknik-teknik supervisi yang cocok dan efektif digunakan. Ada beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor, diantaranya:
a.       Kunjungan atau observasi kelas
Kunjungan kelas adalah kunjungan seorang supervisor ke kelas pada saat guru sedang mengajar, artinya supervisor menyaksikan dan mengamati guru mengajar (Muslim, 2013:74). Melalui kunjungan kelas tersebut, supervisor dapat mengetahui apa saja kekurangan guru khususnya dalam konteks mengajar. Fungsi dari teknik ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru dalam menysusun dan mengonsep pembelajaran dalam kelas. Hasil dari supervisi ini dapat dikaji dan dianalisis oleh guru dan kepala sekolah yang nantinya akan dijadikan suatu program pengelolaan kelas.
Dalam teknik ini, guru dapat menyampaikan berbagai keluhannya mengenaik kesulitan mengajar yang dihadapi. Selain itu guru juga dapat mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta meminta bantuan dan dorongan kepada supervisor. Maryono (2014:30) menjelaskan bahwa ada tiga macam kunjungan kelas yang dapat dilakukan supervisor, yaitu (1) kunjungan tanpa diberitahu, dimana supervisor dating ke kelas secara tiba-tiba tanpa memberitahu terlebih dahulu sehingga supervisor dapat melihat keadaan yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat. Namun dari cara seperti inilah guru juga bisa menjadi gugup sehingga hasil dari penampilannya kurang memuaskan; (2) kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu, dimana supervisor telah memberikan jadwal kunjungannya sehingga guru-guru tahu pada hari dan jam berapa ia akan dikunjungi sehingga supervisor dapat merencanakan kunjungan yang sangat tepat dan memiliki konsep pengembangan yang kontinu serta terencana. Namun guru bisa juga dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan timbul hal-hal yang dibuat-buat; dan (3) kunjungan atas undangan guru, dimana guru mempunyai usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar ia dapat memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hasil perjumpaannya dengan supervisor. Supervisor dapat belajar berbagai pengalaman dalam berdialog dengan guru, selain itu guru akan lebih mudah untuk memlperbaiki dan meningkatkan kemampuannya karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisor.
b.       Pembicaraan Individual
Pembicaraan Individual adalah percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru (Muslim, 2013: 75). Pada umumnya kegiatan pembicaraan individual merupakan bagian dari kunjungan kelas, namun bisa pula dilakukan ketika guru tersebut membutuhkan supervisi diluar kunjungan kepala sekolah. Misalnya pada guru baru yang belum mengerti banyak bagaimana mengkonsep sebuah pembelajaran. Alila, dkk (2016: 300) menyebutkan mentoring is very useful when you have to teach the school practices to a new teacher. Short-term periods thataim at fast solutions resemble merely coaching instead of supervision”. Pembicaraan individual merupakan satu hal penting dalam supervisi, karena supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan problema-problema pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar.
Menurut George Kyte dalam Maryono (2014:35) ada dua jenis percakapan individual antara lain:
1)      Interviu pribadi setelah kunjungan kelas (formal)
Maksudnya, setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas sewaktu guru melaksanakan tugas mengajar, ia membuat catatan-catatan tentang segenap aktivitas guru dalam mengajar. Kemudian dilakukan permufakatan Bersama untuk membicarakan hasil kunjungan tersebut.
2)      Interviu pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari (informal)
Dalam percakapan sehari-hari dikemukakan problema-problema kepada supervisor atau sebaliknya. Misalnya, pada saat sebelum sekolah dimulai, sebelum mengajar, waktu istirahat, atau sesudah mengajar. Dalam hal ini, supervisor secara tidak langsung mengemukakan atau menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pengajaran yang dibina oleh guru yang bersangkutan.
c.       Rapat Guru (Rapat Supervisi)
Rapat supervisi diselenggarakan bila guru-guru memiliki masalah yang sama. Menurut Musllim (2013: 76) rapat supervisi adalah rapat yang diselenggarakan oleh supervisor untuk membahas masalah-masalah yang menyangkut usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan mutu pengajaran pada khususnya. Dalam penyelenggaraan rapat supervisi dapat dilaksanakan dalam bentuk pertemuan, diskusi panel, seminar, lokakarya, konferensi, dan lain sebagainya yang secara bersama-sama membahas dan menilai masalah-masalah yang terjadi.
D.      Tindak Lanjut Hasil Supervisi Kepala Sekolah
Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan dampak yangnyata bagi peningkatkan profesionalisme guru. Dampak nyata ini diharapkandapat dirasakan masyarakat maupun stakeholders. Tindak lanjut tersebut berupa: penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belummemenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. Tindak lanjut hasil supervisi kepala sekolah haruslah menimbulkan timbal balik kepada perencanaan selanjutnya. Pada prinsipnya, tindak lanjut kegiatan supervisi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu:
1.       Pembinaan
Kegiatan pembinaan dapat berupa pembinaan langsung dan tidak langsung.
a.       Pembinaan LangsungPembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi.
b.       Pembinaan Tidak LangsungPembinaan ini dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi.
Pembinaan supervisi dimaksudkan agar guru dan kepala sekolah dapat menganalisis kendala-kendala yang ada pada saat pembelajaran sehingga menjadi sebuah solusi. Kepala sekolah dapat menyarankan para guru untuk bertindak lebih progresif dalam upaya meningkatkan pembelajaran. Hal-hal yang dapat disarankan kepala sekolah kepada guru antara lain:
a.       Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan pembantu gurulainnya. 
b.       Menggunakan buku teks secara efektif.
c.       Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat mereka pelajariselama pelatihan profesional/inservice training.
d.       Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki.
e.       Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)
f.        Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa.
g.       Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran.
h.       Mengelompokan siswa secara lebih efektif.
i.         Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama.
j.         Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil.
k.       Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas.
l.         Meraih moral dan motivasi mereka sendiri.
m.     Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi dan kreatifitaslayanan pembelajaran.
n.       Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan ketrampilan berpikirkritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan.
o.       Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
2.       Pemantapan instrument supervisi
Kegiatan memantapkan instrumen supervisi dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok oleh para supervisor tentang instrumen supervisi akademik maupun instrumen supervisi non akademik. Instrument inilah yang nantinya menjadi bahan evaluasi dari kegiatan supervisi akademik. Dalam instrument ini terdapat berbagai indicator pencapaian sebuah program pengajaran dimana nantinya akan diisi langsung oleh kepala sekolah. Dalam mempersiapkan instrument supervisi, dapat disiapkan dokumen-dokumen antara lain:
a.       Lembar pengamatan. 
b.       Suplemen observasi (ketrampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya). 
c.       Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen supervisi akademik maupun isntrumen supervisi nonakademik.
d.       Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang studi binaan atau kepada karyawan untuk instrumen nonakademik
Dengan demikian, dalam tindak lanjut supervisi dapat disimpulkan sebagai berikut.
a.       Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi akademik sasaranutamanya adalah kegiatan belajar mengajar. 
b.       Hasil analisis, catatan supervisor, dapat dimanfaatkan untuk perkembanganketerampilan mengajar guru atau meningkatkan profesionalisme guru dankaryawan, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-kendala yang munculatau yang mungkin akan muncul.
c.       Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam melaksanakantindak lanjut supervisi.
d.       Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi yang tidakmenimbulkan ketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki,memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki penampilan, dan kinerjanya.


BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Supervisi merupakan kegiatan pembimbingan yang dilakukan kepala sekolah oleh guru dalam upaya untuk membantu guru menghadapi permasalahannya khususnya dalam pembelajaran dengan tujuan meningkatkan profesionalitas guru. Supervisi bukanlah kegiatan pembelajaran pembelajaran, namun hasil dari supervisi ini sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah sebagai supervisor, harus memperhatikan fungsi-fungsi dari supervisi yaitu (1) mengoordinasi semua usaha sekolah; (2) memperlengkapi kepemimpinan sekolah; (3) memperluas pengalaman guru-guru; (4) menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif; (5) memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus; (6) menganalisis situasi belajar mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf supervisi; serta (8) memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan pendidikan.
Dalam rangka aktualisasi tujuan kepala sekolah melaksanakan supervisi, maka sejatinya kepala sekolah dapat membuat program-program supervisi yang direncanakan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Perencanaan tersebut sekurang-kurangnya menggambarkan apa yang akan dilakukan, cara melakukan, waktu pelaksanaan, fasilitas yang dibutuhkan, dan cara mengukur keberhasilan pelaksanaannya. Segala bentuk program maupun kegiatan supervisi klinis maupun non klinis difokuskan pada masalah riel yang dihadapi oleh guru, sehingga solusi yang dilakukan tepat sasaran dan mengatasi masalah yang sebenarnya.
Dalam pelaksanaannya, supervisor juga harus menggunakan pendekatan dan teknik yang tepat. Pendekatan supervisi pendekatan ilmiah, pendekatan artistic, dan pendekatan klinis. Sedangkan teknik supervisi bisa dilakukan melalui kunjungan kelas, percakapan individual, dan rapat guru. Dari berbagai pendekatan dan teknik supervisi tersebut, kepala sekolah selaku supervisor harus mengetahui mana yang tepat digunakan dengan memandang dari aspek sumber daya sekolah.
Kegiatan supervisi haruslah menghasilkan sebuah hasil. hasil-hasil dari supervisi merupakan indicator-indikator keberhasilan dari kegiatan supervisi itu sendiri yang telah dirumuskan pada perencanaan awal. Hasil-hasil ini dapat diketahui melalui instrument supervisi sendiri yang dibuat oleh kepala sekolah dan nantinya akan menjadi bahan analisis untuk proses selanjutnya yaitu tindak lanjut. Hasil dari kegiatan supervisi haruslah ditindaklanjuti sebagai dasar pembuatan program supervisi selanjutnya.
B.      Saran
Sesuai dengan pengertian supervisi itu sendiri, bahwa supervisi merupakan kegiatan bimbingan kepada guru oleh kepala sekolah dalam menyelesaikan permasalahn pembelajaran sehingga kepala sekolah hendaknya memberikan arahan atau bimbingan yang bersifat terbuka bukan bersifat otokrasi dimana konsep tersebut mirip dengan konsep inspeksi. Dengan demikian perspeksi guru bahwa keegiatan supervisi adalah mengawasi berubah menjadi membimbing.
Untuk pendekatan dari supervisi itu sendiri sebaiknya menggunakan supervisi klinis karena supervisi klinis terstruktur jelas perencanaannya hingga bagaimana mengatasi sebuah masalah. Terdapat langkah-langkah dan tahapan-tahapan yang dapat diambil supervisor dalam upayanya meningkatkan profesionalitas guru. Untuk tekniknya sendiri sebaiknya digunakan semua karena teknik-teknik tersebut berkesinambungan satu sama lain. Ketika supervisor melakukan kunjungan kelas untuk mencari data yang akan dianalisis, setelahnya supervisor dapat melakukan pembicaraan individual untuk menggali lebih. Pembicaraan individual juga bisa dilakukan untuk melakukan bimbingan-bimbingan terhadap guru, dan jika permasalahan tersebut melibatkan banyak guru dalam arti lain memiliki permasalahan yang sama, maka supervisor dapat menggunakan rapat guru.


Daftar Rujukan


Alila, S., Uusiautti, S., & Määttä, K. 2016. The Principles and Practices of Supervision That Supports the Development of Inclusive Teacherhood: Journal of Education and Learning. 5(3), 297-306. Dari www.ccsenet.org/jel
Esia-Donkoh, E. & Ofosu-Dwamena, E. 2016. Effects Of Educational Supervision On Professional Development: Perception Of Public Basic School Teachers At Winneba, Ghana: British Journal of Education. 2(6), 63-82. Dari www.eajournals.org
Gunawan, I. 2015. Mengembangkan Alternatif-alternatif Pendekatan dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran. Jurnal Manajemen Pendidikan. 24(6), 467-482
Imron, A. 2016. Peningkatan Keprofesionalan Guru oleh Kepala Sekolah Melalui Penelitian Tindakan Sekolah Dalam Sopingi (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Karir Pendidik Berbasis Karya Ilmiah (hlm. 1-9), Malang: Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Maryono. 2014. Dasar-dasar dan TeknikMenjadi Supervisor Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Mulyasa, E. 2013. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muslim, S.B. 2013. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesional Guru. Bandung: Alfabeta





Firman Budi Rabu, 30 Oktober 2019