TEKNIK-TEKNIK HUBUNGAN MASYARAKAT MELALUI MEDIA CETAK
DAN ELEKTRONIK
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Humas
yang
dibina oleh Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd
dan
Ibu Rochmawati, S.Pd, M.Pd
Oleh:
1. Firman
Budi Santoso 170131601044
2. Idqa
Nanda Ayu 170131601047
3. Nadya
Nanda Sukawati 170131601013
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Februari, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekolah sebagai
lembaga yang berada di masyarakat tentunya membutuhkan sinergi antara
kepentingan instansi maupun kepentingan masyarakat. Penyampaian informasi dari
kedua belah pihak dengan saling memberikan umpan balik merupakan kebutuhan dari
sekolah yang notabene berada dalam lingkup masyarakat. Pertukaran informasi ini
dibutuhkan sekolah untuk dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki sekolah serta
diharapkan dapat meningkatkan minat serta citra dalam masyarakat sehingga akan
mendapatkan partisipasi terhadap program-program sekolah.
Berbagai teknik
yang dapat digunakan dalam kegiatan hubungan masyakat yang salah satunya adalah
penggunaan media. Dewasa ini media masa seakan menjadi primadona di masyarakat.
Penyebaran informasi melalui media selalu mendapatkan perhatian di masyarakat.
Media masa dianggap mampu menciptakan opini publik sehingga jika penyebaran
informasi dilakukan sesuai dengan tujuannya, maka akan mudah mendapatkan
partisipasi masyarakat.
Media masa yang
sangat berpengaruh pada masa sekarang ini adalah media elektronik. Seperti yang
diketahui bahwa teknologi sudah menguasai seluruh dunia dalam penggunaannya.
Oleh karena itu, ketika informasi tersebut dipublikasikan menggunakan media
elektronik, akan banyak mendapatkan perhatian bahkan bukan hanya dalam lingkup
masyarakat sekitar saja melainkan dapat menyebar pada masyarakat luas. Namun,
yang masih menjadi permasalahan adalah kemampuan masyarakat dalam menggunakan
teknologi masih belum menyebar rata. Dalam arti lain masih banyak masyarakat
yang masih belum bisa mengoperasikan teknologi sehingga sekolah harus memiliki
pendekatan lain dalam penyampaian informaisnya. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan media cetak. Media cetak yang menarik dan eyecatching akan menarik masa untuk
memperhatikannya. Dengan demikian,
sekolah dalam kegiatan humasnya dapat menggunakan media cetak dan elektronik
agar mampu mendapatkan perhatian masyarakat.
Dalam prakteknya,
penggunaan media elektronik dan media cetak masih mengalami banyak kekurangan.
Salah satunya adalah maraknya informasi hoax
atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, yang sedang
marak menjadi konsumsi publik. Informasi-informasi seperti ini yang akan
menjadikan citra sekolah menjadi buruk. Dengan demikian sekolah memerlukan
pemahaman dan implementasi yang baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap
informasi yang diberikan sekolah decara legal memang benar-benar informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam makalah ini,
penulis menyajikan informasi mengenai teknik hubungan masyarakat melalui media
cetak dan elektronik dengan sub pembahasannya mencakup pengertian, tujuan,
fungsi, serta beberapa jenis media elektronik dan media cetak dalam hubungan
masyarakat. Selain itu juga dipaparkan teknik serta fungsi menjalin hubungan
dengan pers sehingga dapat menjadi rujukan dalam upaya sekolah menjalin
kerjasama dengan masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian media cetak dan media elektronik dalam hubungan masyarakat?
2. Apa
tujuan penggunaan media cetak dan elektronik dalam hubungan masyarakat?
3. Apa
saja fungsi penggunaan media cetak dan elektronik?
4. Apa
saja macam dari media dan alat hubungan masyarakat?
5. Bagaimana
teknik dalam membina hubungan dengan pers?
6. Apa
saja jenis media cetak dan elektronik dalam teknik manajemen hubungan
masyarakat?
7. Bagaimana
teknik penulisan berita dalam kehumasan?
8. Bagaimana
pedoman menjalin kerjasama dengan pers?
9. Bagaimana
prinsip dalam membina hubungan dengan pers?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
memaparkan pengertian media cetak dan media elektronik dalam hubungan
masyarakat.
2. Untuk
memaparkan tujuan penggunaan media cetak dan elektronik dalam hubungan
masyarakat.
3. Untuk
menguraikan fungsi penggunaan media cetak dan elektronik.
4. Untuk
menguraikan macam dari media dan alat hubungan masyarakat.
5. Untuk
memaparkan teknik dalam membina hubungan dengan pers.
6. Untuk
menguraikan jenis media cetak dan elektronik dalam teknik manajemen hubungan
masyarakat.
7. Untuk
memaparkan teknik penulisan berita dalam kehumasan.
8. Untuk
memaparkan pedoman menjalin kerjasama dengan pers.
9. Untuk
menguraikan prinsip dalam membina hubungan dengan pers.
BAB II
PEMBAHASAN
\
A.
Pengertian Media Cetak dan Media
Elektronik dalam Hubungan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan
masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjalin hubungan kerjasama antara sekolah
dan masyarakat. Segala informasi
atau gambaran yang tepat dari masyarakat kepada sekolah maupun dari sekolah
kepada masyarakat sangat dibutuhkan dapam hubungan tersebut. Oleh
karena itu membutuhkan cara yang tepat seperti menggunakan media. Lazimnya, dalam penyampaian informasi sekolah dapat menggunakan media
yang meliputi media cetak dan media elektronik. Pemilihan media dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat. Misalnya media
cetak yang dapat digunakan untuk sekolah-sekolah yang lingkungannya belum
menjangkau koneksi internet sehingga media cetak dianggap efektif. Namun untuk
sekolah-sekolah yang lingkungannya sudah terjangkau internet, sekolah dapat
menggunakan media elektronik karena lebih mudah diakses kapan saja dan dimana
saja.
Benty dan Gunawan (2015:105) menjelaskan bahwa media cetak
adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini dapat
berbentuk lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto, dalam tata warna
dan halaman putih, atau berbentuk eksemplar. Benty dan Gunawan (2015:105) lebih
lanjut menjelaskan bahwa indikator untuk mengukur keberhasilan penggunaan media
cetak di sekolah meliputi: (1) adanya partisipasi dari peserta didik contohnya
peserta didik ikut serta mengisi artikel majalah, misalnya mengirim puisi,
cerita pendek, atau cerita bersambung; (2) adanya antusiasme peserta didik dengan
memberikan opini terbaru; dan (3) adanya pancingan seperti kuis berhadiah, maka
bisa dilihat antusiasme peserta didik itu seperti apa. Dengan demikian, media cetak
merupakan saluran penyampaian informasi yang penerapannya mengutamakan
pesan-pesan visual dan tercetak dengan tujuan memperoleh partisipasi dari
sasaran informasi itu sendiri.
Benty dan Gunawan (2015:106) menjelaskan media elektronik
adalah sarana media massa yang mempergunakan alat-alat elektronik penggunaan
media elektronik di sekolah dengan indikator keberhasilannya meliputi: (1)
program
ataupun kegiatan pendidikan di sekolah yang disampaikan
jelas dan terencana; (2) tepat kepada sasaran yang diinginkan, sehingga sasaran
sekolah dapat mengerti tujuan atau maksud yang diinginkan sekolah; dan (3)
program Pendidikan yang disampaikan oleh sekolah akan memiliki banyak
peminatnya. Dengan demikian, media elektronik adalah saluran penyampaian informasi dengan
menggunakan teknologi dan dapat disebarkan secara cepat dengan waktu yang
singkat.
B.
Tujuan Teknik Media Cetak dan Elektronik Dalam Hubungan
Masyarakat
Langkah yang tepat
dalam penggunaan media hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan prasyarat
penting didalamnya. Tanpa memerhatikan ketepatan penggunaan media maka akan
sulit untuk mencapai tujuan humas itu sendiri. Beberapa tujuan teknik media
cetak dan elektronik dalam hubungan masyarakat menurut Benty dan Gunawan
(2015:106) adalah: (1) mengenalkan pentingnya sekolah kepada masyarakat; (2)
memudahkan komunikasi sekolah dengan masyarakat; (3) memberikan informasi
kepada masuarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah; (4) membantu
dalam mempromosikan sekolah kepada masyarakat; (5) mengembangkan kerja sama
yang lebih erat antara keluarga dan sekolah; (6) masyarakat mengetahui
perkembangan sekolah; (7) masyarakat lebih mengenal tentang sekolah, misalnya
visi, misi, dan tujuan sekolah; dan (8) menciptakan, membina, dan memelihara,
serta mempertahankan hubungan harmonis antara sekolah dan masyarakat.
Tujuan dari teknik media cetak dan elektronik
sebenarnya mencakup tujuan umum dari hubungan masyarakat, yaitu mengenalkan,
memberi informasi, mempromosikan, serta membangun kerja sama kepada masyarakat
agar mendapatkan citra dan partisipasi yang baik dari
masyarakat. Esensi dari penggunaan media cetak dan elektronik ini mengarah pada
keefektifan dan keefesiensian dari informasi yang dikonsumsi masyarakat. Dengan
menggunakan media cetak dan elektronik, masyarakat lebih mudah dalam mengakses
informasi sehingga segala bentuk informasi yang ingin disampaikan sekolah
kepada masyarakat lebih mudah untuk dipahamai dan diterima masyarakat.
C.
Fungsi penggunaan media cetak dan elektornik
Berdasarkan fungsi
yang telah disebutkan menurut undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers
pasal 3 dalam Benty dan
Gunawan (2015:107) , dapat dipaparkan
lebih jelas bahwa fungsi penggunaan media cetak dan elektronik dalam rangka
sekolah menjalin hubungan dengan masyarakat adalah:
1. Fungsi informasi yaitu menyajikan informasi karena
masyarakat memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di masyarakat
dan sekolah.
2. Fungsi pendidikan yaitu sebagai sarana pendidikan massa, maka
pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan
sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasan.
3. Fungsi hiburan yaitu hal-hal yang bersifat hiburan sering
dimuat pers untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel-artikel yang
berbobot, sehingga hiburan ini dapat berupa cerita pendek, cerita bergambar,
cerita bersambung, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
4. Fungsi kontrol sosial yaitu sikap pers dalam melaksanakan fungsinya yang
ditujukan terhadap perorangan atau kelompok dengan maksud memperbaiki keadaan
melalui tulisan. Tulisan yang dimaksud memuat kritik baik langsung atau tidak
langsung terhadap aparatur negara atau lembaga masyarakat.
5. Fungsi sebagai lembaga ekonomi yaitu
pers adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan, pers memiliki
bahan baku yang diolah sehingga menghasilkan produk yang namanya berita yang
diminati masyarakat dengan nilai jual tinggi semakin berkualitas beritanya maka
semakin tinggi pula nilai jualnya. Pers juga menyediakan kolom untuk iklan. Pers juga
membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidupnya.
Dari fungsi yang telah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media elektronik dan cetak bukan hanya sekedar untuk
menyampaikan informasi saja. Namun karena dalam penggunaan media cetak dan
elektronik ini mengandung banyak unsur didalamnya, sehingga memungkinkan muncul
fungsi-fungsi lain seperti pendidikan, hiburan, control sosial, dan ekonomi.
D.
Macam-macam media dan alat hubungan masyarakat
Media dan alat humas pada umumnya menurut Suryosubroto terdiri dari kata-kata
tercetak dan kata-kata lisan adalah:
1.
Kata-kata tercetak
Menurut
Suryobroto (2012:32-34) media dengan kata-kata tercetak seperti: (1) majalah, digunakan untuk
menerbitkan informasi yang relevan tentang suatu instansi atau lembaga, tujuan
dan kegiatannya, yang dapat dimanfaatkan bagi para pegawai di lingkungan suatu lembaga beserta
keluarganya dan bagi masyarakat umum; (2) pedoman, yaitu berisi
berbagai keterangan mengenai rencana kegiatan atau program kerja setiap bagian
instansi atau lembaga yang sangat bermanfaat bagi setiap orang yang
berkepentingan dalam upaya memperoleh informasi mengenai salah satu atau
beberapa kegiatan dan program kerja yang akan atau telah dilaksanakan suatu
instansi; (3) surat, yaitu berisi sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan
instansi atau lembaga, khususnya bagi pegawai seperti laporan hasil rapat,
laporan kesejahteraan pegawai, dan undangan pertemuan, dan surat untuk luar
instansi misalnya berisi permohonan bantuan pengumpulan dana dan sebagainya; (4) surat
kabar, yaitu surat yang mencapai kualitas yang sangat penting
sebagai media komunikasi yang paling efektif karena hubungan antara surat kabar
dan khalayak pembaca semakin erat; (5)
buklet, terdiri atas dua jenis, yaitu infoktrinasi buklet yang berfungsi sebagai pedoman
peraturan dan pemberi dorongan kepada pembaca untuk membangkitkan semangat
kebersamaan dalam sebuah kelompok, dan institusional buklet lebih banyak berisi ide-ide daripada hal-hal yang bersifat
pelayanan, seperti hal yang berkaitan dengan pendidikan dan kegiatan sosial; serta (5) papan
pengumuman, poster, dan reklame merupakan media tercetak yang biasanya
ditempelkan pada papan-papan pengumuman, sudut kota, atau tempat-tempat lainnya
sehingga memudahkan pembaca dalam menerima informasi.
Dari
beberapa bentuk media humas dalam bentuk kata-kata tercetak, dapat disimpulkan
bahwa kata-kata tercetak merupakan media atau alat humas
yang dalam penyampaiannya menggunakan kalimat-kalimat atau kata-kata yang
dituangkan dalam suatu media tercetak sehingga para penerima informasi dapat
membaca dan mengetahui maksud dari informasi tersebut. Informasi
menggunakan kata-kata tercetak dapat bertahan dalam beberapa waktu sehingga
dapat diulang-ulang untuk dibaca apabila masih belum bisa menafsirkan informasi
dengan jelas.
2.
Kata-kata lisan
Media dengan kata-kata lisan
menurut Suryobroto (2012:35-39) seperti: (1) rapat, pertemuan,
dan konferensi yaitu komunikasi yang dapat diterapkan langsung dengan orang lain sehingga
berita mudah tersebar luas kemana-mana dan setiap orang mempunyai kesempatan
untuk bertanya jawab dan bertukar pendapat sehingga masalah yang dianggap
penting dapat dipecahkan secepatnya. (2) film dan slide, yaitu media yang dapat menciptakan kombinasi yang berfaedah
bagi masyarakat karena masyarakat dapat menyaksikan dan mendengarkan gerak
gerik pemain, (3) televisi, yaitu media yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan,
penerangan, dan hiburan;
(4) pameran, yaitu kegiatan memperlihatkan benda-benda atau
menyajikan hal-hal baru dengan cara istimewa dengan harapan memunculkan ide-ide
baru untuk mengadakan berbagai kegiatan; (5) open house yaitu acara ketika seseorang instansi mengundang
masyarakat tertentu untuk meninjau kegiatan yang sedang diselenggarakan dan untuk
memperkenalkan suatu kegiatan kepada masyarakat, dengan demikian masyarakat
akan memperoleh kesan baik sehingga tertarik untuk bekerja, belajar, atau
melaksanakan kegiatan lainnya; (6)
sandiwara dan wayang, yaitu media
humas yang disampaikan dengan cara tradisional melalui peran komunikator yang
menyampaikan pesan kepada penonton berupa humor, kritik, sindiran, dan
sebagainya; serta (7)
radio, penyiaran melalui radio merupakan teknik yang sangat
efektif dan komunikatif dalam usaha komunikasi massa, pendidikan massa
dan usaha-usaha lain untuk meningkatkan tarif pendidikan dan kebudayaan
masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media dengan kata-kata lisan adalah penyampaian informasi
mengenai visi, misi, produk, atau segala hal mengenai organisasi atau instansi
yang dilakukan dengan media audio dan/atau visual sehingga penyampaian
informasi lebih komunikatif. Penggunaan media ini dilakukan secara langsung
dan jarang sekali untuk bisa diulang-ulang kembali. Sehingga penerima informasi
harus benar-benar jeli untuk menerima setiap informasi yang ada.
Sedangkan macam-macam
media dan alat humas menurut Yuwono dalam Suryosubroto (2012:37-39) adalah: (1)
media audio yaitu media untuk mengadakan hubungan masyarakat dengan menggunakan
indra pendengaran sebagai penerima informasi, misalnya radio dan telepon; (2)
media visual yaitu media untuk mengadakan hubungan masyarakat dengan
menggunakan indra penglihatan, misalnya pameran, foto, slide, surat kabar, buletin, pamflet, lambang, bendera,
karikatur, gambar, dan skema organisasi; dan (3) media audiovisual yaitu media
yang digunakan untuk menyebarkan berita yang dapat ditangkap oleh indra mata
atau indra telinga, misalnya film, siaran televisi, pertemuan, diskusi,
seminar, konferensi, dan pers.
E.
Teknik-teknik
Membina Hubungan dengan Pers
Menurut Benty dan Gunawan (2015: 110)
Salah satu kunci sukses berhubungan dengan pers (media cetak maupun media
elektronik) adalah sikap proaktif praktisi humas sebagai sumber berita untuk
mengundang wartawan.
Sedangkan menurut Nasution dalam
Benty dan Gunawan (2015: 110) menyatakan ada banyak teknik
untuk berhubungan dengan pers, yakni : (1) membuat siaran pers (press release); (2) mengadakan
konferensi pers atau temu pers; (3) wawancara khusus; (4) perjalanan pers; (5)
sponsor lomba jurnalistik; (6) mengunjungi kantor pers; (7) menjalin hubungan
dengan pers dalam bentuk lain. Berikut ini akan diuraikan tujuh teknik
untuk berhubungan dengan pers.
1. Membuat
siaran pers (press release)
Cara paling mudah dan
tanpa biaya agar berita sekolah dipublikasikan pers adalah membuat siaran pers
sendiri. Tentu saja, dibutuhkan sedikit keterampilan bisa menulis berita, sebab
menulis berita sangat berbeda dengan menulis pada umumnya, menulis berita
memiliki karakteristik dan unsur-unsur tersendiri yang harus dipenuhi, baik
dari format maupun substansinya. Ada enam dasar daam penulisan berita yang
harus ada, yakni: 5W + 1H artinya what (apa),who (siapa), where (dimana), when (kapan),
dan how (bagaimana).
Sekolah dengan menguasai
teknik penulisan berita, apabila lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan,
tanpa harus menunggu wartawan, sekolah bisa menuliskan sendiri beritanya.
Langkah berikutnya adalah mengirimkan ke kantor pers yang dituju, bisa melalui faximile internet atau langsung diantar ke alamatnya. Jangan lupa disertai surat pengantar ke
redaksinya, yang isinya harapan agar siaran pers tersebut dapat dimuat dan
ucapan terima kasih atas kerja samanya.
2. Konferensi pers atau temu pers
Lembaga-lembaga
pendidikan besar sangat sering mengadakan konferensi pers atau temu pers
apabila ada program baru atau kegiatan kampus, seperti seminar. Mengundang
wartawan datang ke lembaga sekolah memang sangat disarankan apabila sekolah
memiliki program baru dan kegiatan ilmiah yang harus diketahui publik. Pers
sangat efektif menyebarluaskan informasi tersebut kepada audiens yang sangat banyak, bahkan sampai ke pelosok sekalipun.
Oleh karena itu, semakin banyak wartawan yang diundang, akan semakin baik dalam
menyebarluaskan informasi produk atau program sekolah ke masyarakat luas.
Nasution dalam Benty dan Gunawan (2015: 111) berpendapat ada beberapa hal yang
harus diperhatikan sebelum konferensi atau temu pers diselenggarakan, yakni :
a. Merumuskan
tujuan, kerangka acuan, dan pertanyaan
Tujuan dan kerangka acuan wawancara
beserta pertanyaan harus yang terpublikasikan dan dirumuskan terlebih dahulu.
Berbekal tiga hal tersebut, sekoah tidak akan diombang-ambingkan puluhan
pertanyaan dari puluhan wartawan, yang mungkin masing-masing mempunyai
pertanyaan.
b. Merumuskan
draft atau konsep pemberitaan
Praktisi humas sekolah disarankan untuk
membuat draft atau konsep pemberitaan
(siaran pers) yang diinginkan sebagai pegangan atau kerangka acuan dalam
konferensi pers tersebut. Pertanyaan-pertanyaan dari wartawan dibatasi pada
substansi. Pertanyaan di luar substansi yang sudah ditentukan, diarahkan
kembali ke substansi tersebut dengan pertanyaan menjembatani.
c. Tentukan
juru bicara
Suatu hal yang sangat
penting , sebelum konferensi pers berlangsung, yaitu harus lebih dulu
ditentukan siapa juru bicaranya. Meskipun, semua pimpinan sekolah atau lembaga
pendidikan diundang hadir dalam temu pers itu, siapa yang berwenang menjawab
pertanyaan wartawan harus ditentukan lebih dahulu. Sehingga dengan demikian,
semua jawaban terorganisasi dengan sistematis dan terkontrol hanya dari satu
juru bicara. Seandainya tidak ada kejelasan siapa yang bertindak sebagai juru
bicara sehingga semua pimpinan yang hadir merasa berwenang ikut menjawab
pertanyaa wartawan. Ketika jawaban antara mereka tidak sinkron atau saling
bertentangan, bukan saja substansi pemberitaan jadi tidak terfokus, bahkan
pemberitaanya pun dapat merugikan citra sekolah di mata publik serta pemasaran
produknya.
Praktisi humas sekolah
dalam aktivitasnya di lembaga pendidikan sehari-hari, sebaiknya memang diatur
secara tegas siapa saja yang berwenang memberikan keterangan ke pers. Lembaga
pendidikan besar kebanyakan memiliki staf hubungan masyarakat (public relations) khusus menangani
urusan dengan pers. Sedangkan praktisi humas di perguruan tinggi, umumnya hanya
wakil rektor yang berwenang memberikan keterangan kepada pers, sementara
pejabat pejabat dari divisi lain tidak diperbolehkan karena memang bukan
kewenangannya.
d. Jangan
bertindak eksklusif
Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam mengundang wartawan untuk konferensi pers,
jangan bertindak eksklusif. Artinya wartawan-wartawan dari media tertentu
diundang sekolah, sementara wartawan dari media lain tidak dihiraukan. Meskipun
tindakan itu merupakan hak sekolah, namun apapun pertimbangannya, tindakan itu
akan menjadi bumerang dikemudian hari.
3. Wawancara
khusus
Berbeda dengan konferensi
pers yang semakin banyak dihadiri wartawan semakin baik, wawancara khusus hanya
berhubungan dengan satu atau dua wartawan khusus yang dipilih sekolah. Dasar
pemilihannya adalah kecocokan spesialisasi antara informasi yang disampaikan
sekolah dengan bidang garapan media atau spesialisasi khusus wartawan yang bersangkutan.
Lazimnya hal tersebut bersifat informasi teknis, bukan informasi khusus yang
bisa diberitakan semua jenis media.
Wawancara khusus bisa juga diselenggarakan
atas permintaan redaksi media, baik cetak maupun elektronik, berdasarkan
isu-isu yang mereka rumuskan sebelumnya. Karena hanya media tersebut yang
meminta, tentu hanya media yang bersangkutan yang memberitakan atau menyiarkan.
Media-media
cetak yang lain tidak bisa menuduh sekolah pilih kasih atau berlaku eksklusif
karena posisi sekolah sebagai pihak yang diundang, bukan pengundang. Tentu saja
sangat logis, apabila media yang mengundang sekolah, melakukan monopoli
publikasi atau menyiarkan hasil wawancara tersebut serta tidak membagikan
kolega atau pesaing-pesaingnya sesama pers.
4. Perjalanan
pers (press tour)
Perjalanan
pers adalah salah satu teknik berhubungan dengan pers yang banyak
diselenggarakan lembaga besar apabila mereka meluncurkan produk atau program
baru. Bagi lembaga pendidikan, perjalanan pers bisa dilakukan untuk mengenalkan
kegiatan praktikum siswa. Misalnya wartawan diajak keliling melihat kegiatan
proses belajar siswa, praktikum dan sarana laboratorium, atau unit kegiatan
siswa di lingkungan lembaga pendidikan. Tentu saja,mengundang wartawan
melakukan perjalanan pers seperti itu bagian strategi pemasaran. Karena itu
wartawan yang diundang, tentu akan memberitakan hasil perjalanan tersebut di
medianya. Pengalaman menunjukkan, berita laporan perjalanan cukup diminati
pembaca. Hampir semua media cetak besar memiliki rubrik perjalanan tersebut,
baik harian maupun mingguan atau bulanan.
Ada
beberapa catatan dalam melakukan perjalanan pers seperti itu, terutama yang
menyangkut fasilitas yang diberikan sekolah kepada wartawan yang diundang atau
diikutsertakan dalam perjalanan tersebut. Lazimnya pihak pengundang dalam
kaitanya dengan undangan perjalanan pers, menyebutkan dalam suratnya tentang
biaya apa saja yang ditanggung mereka. Biaya akomodasi, konsumsi, dan
transportasi perjalanan, biasanya menjadi tanggungan pengundang. Sedangkan
biaya pengiriman berita, dokumentasi, dan urusan jurnalistik lainnya ditanggung
sendiri perusahaan pers bersangkutan. Sekalipun demikian, pers tidak mau
didikte pihak pengundang dalam menuliskan berita, sesuai sudut pandang dan
kenyataan yang ditemuinya.
5. Sponsor lomba jurnalistik
Pendayagunaan
pers mempublikasikan kepentingan lembaga pendidikan bisa dilakukan dengan
kegiatan mensponsori lomba jurnalistik. Sebelumnya harus dibuat perjanjian
kerjasama (memorandum of understanding) antara lembaga pendidikan dan
perusahaan pers yang dipilih. kalangan perbankan sangat sering bertindak
sebagai penyelenggara sponsor lomba jurnalistik tersebut dengan beberapa pers
besar berskala nasional. Langkah tersebut efektif untuk membangun ingatan
publik terhadap lembaga pendidikan beserta program-programnya dikarenakan
kegiatan lomba berjalan dalam waktu cukup lama, biasanya sebulan atau 2 bulan.
Pers dalam jangka waktu itu menjadi pasangan kerjasama akan terus rutin memuat
artikel-artikel peserta lomba (running).
Setelah lomba selesai pers juga akan memberitakan siapa saja pemenangnya dan
memuat foto-foto penyerahan hadiahnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pihak humas dalam menyediakan informasi berbentuk cetak.
6. Mengunjungi kantor pers
Memprogramkan
kunjungan ke kantor pers tentu merupakan teknik berhubungan dengan pers yang
menguntungkan dalam jangka panjang. Melalui kunjungan itu antara pengelola
(redaksional) pers dan pihak yang berkunjung,
bisa saling mengenalkan diri dan mengakrabkan hubungan. Kunjungan
sedemikian itu merupakan selangkah lebih maju dibandingkan hubungan
konvensional wartawan dengan sumber berita yang bertemu dalam konteks
pemberitaan semata tanpa saling mengenal cukup dalam jati diri masing-masing.
Melalui kunjungan itu, rombongan sekolah bisa lebih mengetahui dan memahami
iklim kerja dan kondisi perusahaan pers yang bersangkutan.
Bahkan
bisa tahu dan kenal dengan namanya di medianya atau hanya kenal dan tahu
wartawannya. Sekalipun belum ada yang bisa dikerjasamakan, kunjungan dengan
pers bisa meningkatkan hubungan pada masa selanjutnya. Secara intensif dan
saling menguntungkan tentu lebih mudah dijelaskan di antara pihak-pihak yang
saling kenal daripada yang tidak saling kenal. Apabila sekolah membutuhkan
publikasi suatu hal yang berkaitan dengan kepentingan sekolah, sekolah tinggal
menelpon para awak redaksi yang sudah dikenal sebelumnya. Karena mereka juga
tahu dan kenal dengan sekolah tentu awak media akan antusias meresponnya.
7. Menjalin hubungan dengan pers dalam bentuk
lain
Selain
mengunjungi perusahaan surat kabar atau lembaga lain, bisa juga dilakukan dalam
bentuk yang berbeda pula, misalnya mengirimkan rangkaian bunga ke redaksi
ketika media itu memperingati hari ulang tahunnya atau mengirimkan kue untuk
berbuka puasa atau parcel saat lebaran atau sebagainya. Bingkisan-bingkisan
yang sifatnya terbuka dan ditujukan ke seluruh awak redaksi, sepanjang tidak
berlebihan harga maupun jumlahnya biasanya diterima redaksi sebagai manifestasi
dari ungkapan persahabatan atau jalinan keakraban yang tidak memberi ikatan
apapun, bukan diinterprestasikan sebagai suap. Selain itu menjalin dan menjaga
hubungan dengan pers sedemikian itu sesungguhnya secara tidak langsung, bisa
bermanfaat menjadi sarana untuk mengontrol berita-berita negatif yang
menyangkut kepentingan sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa membina hubungan dengan pers merupakan faktor penting
dalam menciptakan pencitraan sekolah (school branding). Membina hubungan
yang baik dengan pers dapat digunakan untuk alat promosi dan membuat institusi
tersebut lebih terkenal apabila diberitakan di media. Tentunya hal ini
dimanfaatkan sekolah untuk membangun citra positif dan menunjukkan reputasi
agar dapat dipercaya di mata publik melalui media. Selain hal itu dapat membuat
sekolah baik dimata publik, karena dari ulasan yang dipublikasikan oleh pers,
publik sendiri dapat memiliki gambaran dan aktivitas institusi sekolah tersebut
bagaimana. Serta memudahkan sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
karena kepercayaan publik yang telah ia dapatkan.
Citra positif dan pesan kepada publik
sangat mempengaruhi besar kecilnya peminat disekolah tersebut, apabila
publikasi ke media massa berkurang baik sekolah atau instansi terkait akan jauh
dari target peminatan yang diharapkan. Maka dari itu, dibutuhkan hubungan baik
antara pihak sekolah dengan pers melalui humas. Karena konsumen sendiri lumayan
bergantung pada publikasi atau pemberitaan mengenai dimana anak mereka
disekolahkan.
F.
Jenis-Jenis Media Cetak dan Elektronik dalam
Teknik Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut
Benty dan Gunawan (2015) Sekolah dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat
dapat menggunakan berbagai jenis media cetak dan elektronik. Penggunaan
jenis-jenis tersebut tentunya disesuaikan dengan sasaran khalayak, artinya
jenis media cetak dan elektronik mana yang dipakai disesuaikan dengan
karakteristik khalayak yang dituju, misahiya kondisi sosial budaya masyarakat,
tingkat ekonomi masyarakat, dan tingkat pendidikan sasaran. Hal bertujuan agar
jenis media yang dipakai nantinya tepat sasaran informasi yang ada di dalamnya
pun tersampai.
1. Jenis-jenis
Media Cetak
Ada banyak jenis media
cetak yang dapat digunakan oleh suatu lembags untuk menjalin. hubungan dengan
masyarakat. Adapun media cetak yang dapat digunakan untuk sekolah untuk
menjalin hubungan dengan masyarakat berupa: majalah; surat kabar; iklan;
buletin; stiker dan kalender; poster; pamflet; papan pengumuman dan reklame;
brosur, leaflet; siaran pers; booklet, spanduk; baliho; dan banner. Berikut ini
akan diuraikan jenis-jenis media cetak yang dapat digunakan oleh sekolah.
a. Majalah
Suryosubroto dalam Benty dan Gunawan (2015:115) menyatakan penerbitan majalah
sangat panting, terutarna bagi para pegawai di lingkungan suatu lembaga beserta
keluarganya dan bagi masyarakat umum. Selain itu, isi majalah yang diterbitkan
haruslah relevan dengan kepentingan pembaca dan harus berdasarkan materi yang
layak diketahui oleh pembaca. Agar terasa bernilai dan berrnanfaat, suatu
majalah harus dikelola secara profesional. Contohnya majalah di sekolah.
b. Surat
kabar
Akhir-akhir ini perkembangan dunia
persuratkabaran mencapai kualitas yang
sangat penting sebagai media komunikasi yang paling efektif. Suryosubroto dalam
Benty dan Gunawan (2015:115) mengemukakan pengaruh surat kabar terhadap
khalayak pembaca sangat sulit dielakkan karena hubungan antsurat kabar dan
khalayak pembaca semakin erat. Bahkan, dapat dikatakan bahwa surat kabar sudah
menjadi kebutuhan setiap orang.
c. Iklan
Lembaga
pendidikan banyak memanfaatkan iklan untuk kepentingan tertentu seperti memperkenalkan
lembaga tersebut kepada masyarakat luas. Iklan dapat disebarkan melalui surat
kabar, majalah, radio, televisi, bioskop, dan sebagainya (Suryosubroto
2012:34). Iklan sangat penting bagi mereka yang membutuhkannya. Sektor
pendidilan juga sering mengumumkan sesuatu melalui iklan, misalnya iklan kursus
akuntansi dan kursus bahasa inggris bagi para siswa.
d. Buletin
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:115) buletin adalah salah satu media komunikasi visual yang
terdiri atas kumpulan lembaran sehingga berwujud buku, yang dikumpulkan secara
teratur dan sistematis oleh suatu organisasi atau isntansi. Suryosubroto
(2012:44) berpendapat buletin di sekolah merupakan sebuah terbitan sekolah yang
dikelola oleh kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa di sekolah bersangkutan.
Buletin sekolah dapat diterbitkan secara berkala, bulanan, ataa triwulan. Materi
yang disajikan dalam buletin, terutama hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
sekolah atau sesuatu yang membawa nama baik sekolah.
e. Stiker
dan Kalender
Stiker
yang berisikan pesan-pesan singkat dan promosi tentang sekolah dan
poster-poster menarik dan lucu merupakan media yang sangat efektif untuk
digunakan sebagai media penyebaran informasi kalender sekolah dibuat untuk
media sekolah juga yang jangka waktunya paling lama (12 bulan), kalender berisi
visi, mini, tujuan, dan sasaran sekolah. Selain itu kalender sekolah juga
menampilkan berbagai foto kegiatan yang pemah dilaksanakan oleh sekolah dan
foto tentang prestasi yang pernah diraih oleh sekolah.
f.
Poster
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:116) media poster sebagai media penyebaran informasi
akan sangat efektif untuk mencapai khalayak sasaran melalui distribusi
danpenempatan yang sangat fleksibel. Poster dapat ditempatkan ditengah-tengah
masyarakat seperti pasar, (sebagai tempat pertemuan mingguan masyarakat
pedesaan), kantor pelayanan masyarakat (seperti Kantor Kepala Desa, Balai
Warga), bahkan dapat diberikan langsung ke rumah-rumah sasaran, serta
tempat-tempat lainnya. Poster menurut Suryosubroto (2012:34) dapat ditempelkan
di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh pembaca.
g. Pamflet
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:116) pamflet
merupakan selebaran yang biasanya berisi tentang sejarah lembaga pendidikan
tersebut, staf pengajar, fasilitas yang tersedia, dan kegiatan belajar. Pamflet
ini selain dibagikan kepada wali murid, juga bisa disebarkan kepada masyarakat
umum, yakni untuk menumbuhkan pengertian masyarakat juga sekaligus untuk
promosi lembaga. Kegiatan humas melalui bantuan media yang dilakukan oleh sekolah,
berarti sekolah ikut pula memegang fungsi informasi, edukasi, rekreasi, dan
persuasi bagi rnasyarakat umurnnya.
h. Papan
pengumuman dan reklame
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:116) papan
pengurnuman banyak digunakan di kampus-kampus, sekolah-sekolah, dan
instansi-instansi. Kejadian sehari-hari, berita penting, foto kejadian, dan
lain-lain yang ditempelkan pada papan pengumurnan dengan mudah diketahui dan
dibaca oleh semua orang. Sedangkan menurut Suryosubroto (2012: 34) reklame merupakan
alat atau media yang sangat efisien kegiatan hubungan masyarakat. Di batas atau
di dalam sebuah kota terlihat reklame yang berisi kalimat imbauan yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat. Sekolah juga dapat memanfaatkan papan reklame media
promosi kepada masyarakat. Lazimnya papan reklame sekolah pada saat penerimaan
siswa baru.
i.
Brosur
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:117) brosur
adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah
kecil halarnan, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali
terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang,
atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras.
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam
sate kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halarnan tetapi tidak lebih dari
48 halaman, di luar perhitungan sampul.
j.
Leaflet
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:117) leaflet
adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk
disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
Leaflet digunakan sekolah untuk mernpromosikan sekolah atau memberikan
inforrnasi kepada masyarakat dengan cara menyebarkan pesan tercetak kepada
masyarakat umum.
k. Siaran
pers
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:117) Siaran pers adalah sebuah tulisan ataupun rekaman
yang ditujukan langsung pada media massa dengan tujuan untuk mengumumkan
sesuatu yang memiliki nilai berita agar dipublikasikan di media massa. Dalam
strukturnya, pada bagian akhir siaran pers biasanya terdapat latar belakang
(dalarn Bahasa Inggris ialah backgrounder),
dimana di bagian ini berisi uraian singkat inforrnasi yang bermanfaat sebagai
penopang bagi tulisan wartawan. Pada umumnya siaran pers dikirimkan via pos,
via fax, ataupun dikirirnkan melalui surat elektronik kepada para editor dari
semua surat kabar, majalah, stasiun-stasiun radio, televisi dan jaringarmya.
Terkadang siaran pers tunda dikirirnkan dalarn rangka undangan untuk menghadiri
konferensi pers.
l.
Booklet
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:117) booklet
adalah media komunikasi massa yang bertujuan untuk menyampaikan pesan yang
bersifat promosi, anjuran, larangan-larangan kepada khalayak massa, dan
berbentuk cetakan. Sehingga tujuannya adalah agar masyarakat yang sebagai objek
memahami dan menuruti pesan yang terkandung dalam media komunikasi massa
tersebut.
m. Spanduk
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:117) spanduk adalah media promosi yang cukup populer
belakangan karena harganya yang murah dan proses pengerjaannya yang cepat.
Jaman sekarang ini sudah banyak lembaga yang bergerak di bidang periklanan
memiliki mesin digital print sendiri.
Sekolah dapat menggunakan media sanduk untuk kegiatan promosi sekolah. Spanduk
yang dibuat sekolah harus kreatif, memerhatikan proporsional gambar dan warna,
ditempatkan pada letak yang strategis, sehingga pembaca akan mudah untuk memahami informasi yang ada di spanduk. Selain
itu pembaca juga akan lebih tertarik untuk membaca sehingga informasi tidak
terbuang sia-sia.
n. Baliho
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:118) baliho adalah suatu sarana atau media berpromosi
yang mempunyai unsure memberitakan informasi event atau kegiatan yang
berhubungan dengan masyarakat luas, selain itu baliho juga digunakan untuk
mengiklankan suatu produk baru. Dikenalnya baliho merupakan hasil dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya mesin cetak digital yang semakin
canggih. Selain baliho kadang masyarakat memberikan informasinya bisa melalui
pampflet, brosur, buletin, majakah, dan yang lainnya.
o.
Banner
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:118) banner adalah salah satu media promosi
yang dicetak dengan print digital
yang umumnya berbentuk portrait atau vertical. Banner adalah bentuk penyederhanaan dari baliho. Sekolah dapat
memanfaatkan banner untuk promosi. Banner yang dibuat sekolah juga harus
bagus dengan memerhatikan proporsional tulisan dan gambar yang ditampilkan
dalam banner
2. Jenis-jenis
Media Elektronik
Menurut Benty dan Gunawan (2015:118)
selain media cetak, sekolah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat juga
dapat melalui media elektronik. Media elektronik sekarang merupakan sebuah
tuntutan karena terkait dengan perkembangan teknologi informasi. Sehingga sekolah
harus dapat mengikuti perkembanga yang ada. Adapun jenis-jenis media elektronik
yang dapat digunakan oleh sekolah untuk menjalin hubungan dengan masyarakat
adalah: televisi; radio; dan pers. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis media
cetak yang dapat digunakan oleh sekolah.
a. Televisi
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:118) berhasil tidaknya menggunakan televisi (TV)
sebagai media publisitas sekolah tergantung pada program yang telah disiapkan
sebelumnya. Di dalam program yang disusun hal-hal atau pokok-pokok yang akan disajikan kepada penonton
(publiknya). Oleh karena itu, penyebaran melelui radio sebab appearance (tingkat pembicara) dilihat
oleh publik sehingga perlu diperhatikan nada dan cara bicara, pakaian serasi,
serta gerak dan sikap yang sopan. Media TV dapat digunakan sebagai sarana
pendidikan, penerangan, dan hiburan. Keuntungan menggunakan media ini adalah
pemirsa cukup tinggal di rumah. Namun, media mengandung beberapa kelemahan,
misalnya belum semua warga memiliki tv, terutama pelosok (Suryosubroto, 2012:
36)
Penyebaran
informasi melalui TV ini menurut Hamalik dalam Minarti dalam Benty (2015:119)
memeproleh beberapa keuntungan yaitu: (1) program yang menarik merupakan
sugesti yang sangat potensial untuk menimbulkan minat publik agar selalu
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, dart (2) pada umumnya,
orangtua dan masyarakat tidak tahu tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan
oleh sekolah. Sehingga melalui program TV yang diselenggarakan oleh sekolah
diharapkan semua program kegiatan sekolah dapat dimengerti oleh orang tua murid
atau masyarakat luas. Dengan demikian, orang tua dan masyarakat mau mendukung,
ikut peran serta, baik melalui dukungan moral maupun materiil. Penyebaran
informasi melalui TV dapat dilaksanakan dengan cara ceramah biasa, wawancara
interaktif, ceramah dengan alat-alat peraga, diskusi dan sandiwara, acara
cerdas cermat, acara keagamaan, kegaiatan kesenian, dan lain sebagainya.
b. Radio
Radio
merupakan media massa yang penting yang mampu menjangkau publik yang luas.
Suryosubroto (2012:37) berpendapat radio merupakan salah satu media efektif
dalam humas karena radio dapat menggugah hati pendengar di seluruh pelosok
tanah air. Oleh karena itu, sekolah dapat mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya dari radio untuk kepentingan publisitas. Beberapa hal yang
penting diperhatikan dalam penyebaran informasi melalui radio, seperti kapan
pendaftaran siswa baru, kegiatan pendidikan, dan kapan data sekolah dapat
diinformasikan ke luar melalui radio. Beberapa keuntungan penyiaran informasi
melalui radio diantaranya teks yang diperlukan dapat disiapkan sebaik-baiknya
sebelum disiarkan, tidak dipengaruhi faktor komunikator, seperti sikap dan appearance, dapat dibantu latar belakang
musik, dan dapat melalui batas ruang dan waktu serta jangicauan yang luas.
c. Pers
Nasution
dalam Benty (2015:119) mengemukakan ada banyak teknik yang dapat digunakan
sekolah. untuk berhubungan dengan pers, yakni : (1) membuat saran pers; (2)
konferensi pers atau temu pers; (3) wawancara khusus: (4) perjalanan
mengunjungi kantor pers (press tour);
(5) sponsor lomba jurnalistik; (6) mengunjungi kantor pers; dan (7) menjalin
hubungan dengan pers dalam bentuk lain. Adapun tentang teknik yang dapat
digunakan sekolah untuk berhubungan dengan pers telah diuraikan sendiri pada
subbab di atas ini.
Seiring
dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi informasi, sekolah juga
tidak hanya menggunakan beberapa jenis media elektronik di atas, namun sekolah
juga menggunakan media-media lain penggunaan media sosial yang saat ini tidak
bisa terlepas di dalam pendidikan. Adapun media sosial yang dapat digunakan
oleh sekolah untuk kegiatan humas pendidikan adalah.: email; facebook; twitter; line.
Email
merupakan singkatan dari electronic mail,
yaitu sarana mengirim surat melalui jalur internet. Email juga sering disebut sebagai surat elektronik. Melalui email sekolah dapat mempermudah
masyarakat untuk memperoleh dan menyampaikan informasi secara lebih cepat dalam
jarak yang jauh.
Facebook
adalah sebuah situs web yang para
penggunanya dapat menambah profil dengan foto, kontak, ataupun informasi
personil lainnya dan dapat bergabung dalam komunitas untuk melakukan koneksi
dan berinteraksi dengan pengguna lainnya. Kegunaan facebook dalam humas pendidikan adalah facebook dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaian informasi
yang berkenaan dengan kepentingan sekolah dan rnenjalin hubungan dengan
masyarakat luas. Contoh facebook yang
digunakan oleh sekolah yaitu sekolah memilih akun facebook yang berisi tentang profil sekolah, pendidik dan tenaga
kependidikan yang ada di sekolah. kegiatan-kegiatan atau program yang ada di
sekolah, dokumentasi even sekolah, dan berisi pengumunan-pengumuman yang dapat
dilihat atau diakses oleh masyarakat luas. Salah satu manfaat media sosial facebook dalam humas pendidikan adalah facebook sebagai tempat promosi, yaitu
dapat mempromosikan suatu sekolah secara efektif untuk penyampaian informasi
tentang sekolah.
Twitter adalah sebuah
situs web yang dan dioperasikan oleh
Twitter Inc yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog. Mikroblog adalah
suatu bentuk blog yang memungkinkan penggunanya untuk rnenulis teks,
pembaharuan singkat yang biasanya kurang dari 200 karakter dan
mempublikasikannya, baik untuk dilihat oleh semua orang atau kelompok terbatas
yang dipilih oleh pengguna tersebut. Penggunaan media sosial twitter dalam humas pendidikan sangat
membantu dalam promosi sekolah kepada masyarakat.
Line
merupakan sebuah aplikasi pengirim pesan gratis yang dapat digunakan pada
berbagai platform, seperti telepon
cerdas, tablet, dan komputer. Biasanya
sekolah menggunakan line untuk
menjalin komunikasi dari alumni dan sekolah sendiri.
G.
Teknik
Penulisan Berita Dalam Kehumasan
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:124) Sekolah dalam membuat tulisan berita harus
berdasarkan fakta dan data, agar kebenaran dari berita dapat dipertanggung
jawabkan. Ada enam pokok menurut Nasution dalam Benty dan Gunawan (2015:124-125) yang harus diperhatikan oleh
praktisi humas lembaga pendidikan dalam menulis siara berita agar dapat dimuat
oleh pihak pers atau surat kabar, yaitu:
1. Susunan
kalimat siaran berita harus senada dengan gaya yang digunakan pers jurnalis.
Gaya penulisan berita tidak seperti gaya penulisan essay yang panjang lebar penuh kiasan, atau seperti artikel, feature
yang menekankan pada keindahan. Dalam hal ini penulisan berita harus jelas,
gamblang dan enak dibaca.
2. Isi
penulisan berita harus dibuat dalam gaya tulisan yang singkat dan padat, bukan
seperti menulis surat cinta yang penuh dengan basa-basi. Selain itu siaran
berita ini harus berpenampilan baik guna menghindari terganggunya penglihatan
editor akibat terlalu banyaknya koreksi yang harus ia bubuhkan. Oleh karena itu
terapkanlah kaidah penulisan yang tepat.
3. Paragraf
pertama dalam penulisan berita, usahakan menurut informasi-informasi yang
sangat penting, terlebih dahulu baru paragraf selanjutnya informasi pelengkap.
Teori penulisan piramid terbalik dalam hal ini bisa menjadi pedoman dalam
penulisan berita tersebut.
4. Bobot,
karakter, dan kandungan siaran berita haruslah disesuaikan dengan reputasi dan
karakter media yang hendak memuatnya. Jangan mengirimkan sebuah berita yang
berisikan uraian lengkap tentang riwayat hidup seorang tokoh pengusaha ke
sebuah koran yang biasanya hanya menyediakan beberapa baris saja untuk artikel
semacam itu.
5. Hendaknya
siaran berita itu dikirimkan ke beberapa jurnal atau media yang sekiranya
paling sesuai (jadi tidak asal media) dan naskahnya harus diserahkan ke meja
beberapa saat sebelum naik tercetak. Untuk memilih media yang tepat, petugas
humas harus memiliki sebuat daftar alamat yang lengkap mengenai semua media
yang ada, khususnya media yang ada di kota atau provinsi tersebut, bahkan
tingkatpusat melalu perwakilannya yang ada di daerah.
6. Dalam
mengirimkan naskah siaran pers (berita) praktisi humas harus mengusahakan
melalui wartawan atau jaringan yang punya hubungan baik untuk memantau sampai
dimana naskah tersebut berada. Tujuannya agar siaran berita tersebut cepat
dapat dimuat. Apabila terlalu lama dimuat dalam siaran berita tersebut.
Jadi,
dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah
dalam menuliskan berita haruslah berdasarkan data dan fakta, kebenaran berita
tidak dibuat-dibuat dan harus dapat dipertanggung jawabkan oleh sekolah sesuai
dengan salah satu prinsip pelaksanaan hubungan masyarakat yaitu objektif. Sejalan
dengan pernyataan tersebut Hakim (2013) juga menyatakan bahwa untuk mendapatkan
kepercayaan dari publik, kualitas informasi yang diberikan seorang PR sangat
diperlukan. Informasi yang disampaikan harus aktual, akurat. Berdasarkan fakta
serta dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam membuat suatu
tulisan berita, hendaklah praktisi humas membuatnya dengan apa adanya sesuai
dengan kondisi sebenarnya yang terjadi. Selain itu, agar berita dapat
dimuat dalam suatu media hendaklah praktisi humas menerapkan hal-hal diatas
diataranya adalah penulisan berita haruslah singkat dan
padat namun tetap jelas, pilihan bahasa ataupun diksi yang digunakan
disesuaikan dengan gaya penulisan berita (pers jurnalis), isi dari
berita haruslah berbobot dan berkarakter serta disesuaikan dengan keadaan media
yang akan memuat berita tersebut, praktisi humas juga harus memerhatikan dengan
seksama media mana yang hendak memuat tulisan berita sekolah. Media yang
dipilih haruslah sesuai dan memiliki hubungan baik dengan sekolah. Selain itu,
praktisi humas haruslah memantau selalu pemuatan atau penerbitan naskah-naskah
tersebut hingga menjadi berita.
H.
Pedoman
Dalam Menjalin Kerjasama Dengan Pers
Menurut Mahmud (2002:320)
hubungan dengan pers atau Press Relation
merupakan bagian yang menonjol dan terpenting dalam pelaksanaan program Humas
untuk memberikan informasi kepada publik sasaran. Begitu pentingnya singkatan
"PR" sebagai Press Relation
sehingga lebih populer daripada PR singkatan Public Relations sungguhpun jangkauan tugas "PR" Press Relations lebih sempit. Press Relations adalah media massa
berupa lembaga sosial yang berfungsi menyebarluaskan informasi kepada publik
luar. Informasi pers ini bergantung pada nilai kepercayaan suatu media untuk
pernbentukan opini publik atau merubah sikap jiwa publik yang tidak
menguntungkan, terlebih kalau organisasi perusahaan itu yang menjadi sumber
informasi pers. Pers merupakan media jembatan vital bagi perusahaan untuk
rnencapai publik sasarannya.
Jadi menurut pendapat
diatas, press relation merupakan
bagian yang penting dalam humas karena berfungsi sebagai media yang dapat
menggiring opini publik terhadap suatu lembaga. Sehingga pers merupakan suatu
yang sangat vital apabila telah mempublikasikan sesuatu tentang opininya
mengenai suatu instansi atau perusahaan karena pendapat publik akan bergantung
pada ulasan yang ditulis oleh media pers tersebut.
Benty dan Gunawan
(2015:125) menyatakan bahwa sekolah dalam menjalin kerja sama dengan pers harus
memerhatikan kaidah atau pedoman tertentu, hal ini dimaksudkan agar sekolah
tidak menjadi bahan berita saja bagi pers, namun ada unsur kebermanfaatan bagi
kedua belah pihak. Sekolah perlu memiliki standar operasional prosedur (SOP)
dalam menjalin kerja sama dengan pers. SOP tersebut dijadikan acuan sekolah
dalam menjalin kerja sama dengan pers. Kegiatan apa yang boleh dipublikasikan
dan kegiatan apa yang tidak boleh dipublikasikan kepada pers harus ditentukan
dengan jelas.
Sebagai suatu pedoman, Saitel dalam Cutlip,
dkk (2000:54) juga mengemukakan pendapatnya yang berisi sepuluh pedoman
mengenai siaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Anda
harus selektif dengan siaran pers yang Anda kirim.
2. Anda
tidak dibenarkan mengirim naskah yang sama dari siaran pers pada media yang
sama.
3. Anda
harus mempunyai nama dan telepon yang dapat dihubungi mengenai siaran pers yang
Anda kirim.
4. Anda
harus mengetahui dead-line surat kabar.
5. Anda
harus mencek siaran pers yang telah dikirim.
6. Anda
tidak boleh mengatakan “tidak” mengenai sesuatu soal.
7. Anda
harus memahami kriteria setiap media.
8. Anda
harus memahami dan menghormati pengertian mengenai “ekslusif”, artinya tidak
boleh mengecualikan satu media saja.
9. Anda
jangan mengirimkan siaran pers kepada seseorang yang tidak lagi berada pada
surat kabar itu.
10. Anda
harus kenal dengan seorang reporter sekalipun siaran pers Anda tidak semuanya
dipergunakan.
Mengutip
pernyataan Onyiengo (2014:109) mengenai “Today, the role of PR is recognized
in issues management, public opinions surveys, crisis management, product
launches, and of course media handling”. Bisa diartikan tugas seorang Public
Relations atau dalam hal ini praktisi humas tidak hanya dikenal sebagai
pengelola isu, survei pendapat publik,
manajemen krisis, peluncuran produk tapi seorang Praktisi Humas juga merupakan
pengendali media. Oleh karena itu seorang Praktisi Humas haruslah dapat bekerja
sama dengan sangat baik dengan media, karena tugasnya sebagai media handling
yang sangat berpengaruh akan citra sekolah. Dari hubungan antara Praktisi Humas
dan Media terbentuklah opini-opini maupun pendapat masyarakat mengenai sekolah
tersebut. Apabila Praktisi Humas dapat menjadi media handling yang baik
maka citra positif sekolah pun juga akan dengan mudah dibangun.
Dari
pernyataan diatas, sekolah haruslah memerhatikan pedoman
ataupun kaidah dalam menjalin kerja sama dengan pers. Sekolah sebisa
mungkin harus menciptakan hubungan yang harmonis dengan para pers sehingga
dengan hubungan yang sangat baik tersebut dapat memberikan citra yang positif
untuk sekolah. Agar tidak terjadi kesalahpahaman sekolah haruslah memerhatikan
dengan baik berita atau siaran pers yang akan dimuat oleh reporter. Hal
terpenting lainnya adalah sekolah tidak boleh sampai mendebat reporter ataupun
pers, dalam hal ini berkata “tidak” akan suatu hal. Untuk menghindari hal
tersebut, maka sekolah harus benar-benar memilih berita atau pernyataan mana
yang boleh dikutip. Pada intinya berita yang akan dimuat haruslah berdasarkan
fakta, dan apabila sekolah tidak ingin ada pengutipan tentang suatu pernyataan
maupun berita maka sekolah jangan sekali-kali mengeluarkan ataupun membuat
pernyataan yang dapat disalah presentasikan. Sekolah harus memahami dengan baik
karakter dari setiap media sehingga sekolah dapat mengendalikan diri dalam
mengerluarkan pernyataan maupun berita dan sekolah dapat menanggapi pernyataan
yang dilontarkan oleh media dengan sangat baik sehingga tidak menimbulkan citra
buruk mengenai sekolah.
I.
Prinsip
Dalam Membina Hubungan Dengan Pers
Menurut
Benty dan Gunawan (2015:126) hubungan masyarakat ini sendiri mempunyai
pengertian yakni kegiatan komunikasi dalam organisasi yang berlangsung dua arah
atau timbal balik. Salah satu kerja sama yang dijalin hubungan masyarakat dapat
dilakukan melalui media cetak dan elektronik, keduanya merupakan teknik yang
paling umum dan dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah. Hubungan keduanya
sangatlah penting karena media cetak dan elektronik merupakan media yang saling
berkaitan dan saling berhubungan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan
hubungan masyarakat setidaknya pihak sekolah harus menyeimbangkan penggunaan
media cetak dan media elektronik agar penyebaran informasi yang diharapkan
sekolah dapat tercapai.
Selain itu, Benty dan Gunawan (2015:126)
juga menyebutkan apabila hubungan sekolah dengan pers harus dibina dengan baik
sebagai wujud kerja sama yang saling menguntungkan. Pembinaan ini berkaitan
dengan kaidah pemberitaan, etika pemberitaan, dan etika pers itu sendiri.
Pembinaan hubungan sekolah dengan pers dimaksudkan agar tidak terjadi
kesalahpahaman kedua belah pihak, terutama terkait dengan isi pemberitaan yang
akan dipublikasikan. Sehingga sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pembinaan hubungan sekolah dengan pers. Sekolah dan pers dengan demikian akan
dapat menasosiasikan diri sesuai dengan tugas dan bidang kerjanya. Sekolah dan
pers akan menjadi mitra dalam mengembangkan tujuan pendidikan. hal ini menjadi
krusial, karena pers dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan dapat membentuk
opini publik.
Di
pihak lain Jefkins dalam Cutlip,dkk (2000:54) juga mengemukakan beberapa
prinsip umum bagi praktisi Humas dalam menciptakan dan membina hubungan pers
yang baik:
1. Memahami
dan melayani media dengan dibekali pengetahuan pokok pers seperti kebijakan
editorial, frekuensi penerbitan, tanggal terbit, proses percetakan, daerah
sirkulasi, jangkau pembaca dan metode distribusi. Dengan demikian praktisi
Humas mampu menjalin kerja sama dengan pihak media termasuk menciptakan
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
2. Membangun
reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya yang selalu siap menyediakan
materi-materi yang akurat kapa
3. Menyediakan
copy photo-photo yang baik dan teknologi komputer untuk koneksi atau menyusun
siaran berita.
4. Bekerja
sama dalam penyediaan materi wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh
tertentu.
5. Menyediakan
fasilitas verifikasi untuk membuktikan kebenaran setiap materi secara terbuka.
6. Membangun
hubungan personal yang pokok dan positif, terbuka, jujur,dan saling menghormati
profesi masing-masing. Prinsip terakhir ini kadang-kadang menimbulkan tujuan
dan loyalitas yang berlainan bahkan saling bertentangan antara praktisi Humas
dan wartawan sebagai berikut:
a. Tanggung
jawab utama praktisi Humas tertuju kepada perusahaan induk atau perusahaan
klien selama tidak bertentangan dengan kode etik agar daftar pengeposan ke
media tetap mutakhir, peraturan hukum dan kepentingan umum. Di samping itu tugas
pokok praktisi Humas adalah menjalankan program yang telah direncanakan dan
disetujui sebelumnya untuk memaksimalkan pemahaman publik terhadap produk dan
organisasi perusahaan atau dari klien.
b. Sedangkan
tanggung jawab utama wartawan terarah kepada perusahaan penerbit di bawah
pengarahan pimpinan redaksi untuk memuaskan para pembaca, pendengar atau
pemirsa bukan semasa-masa untuk Humas, sehingga kadang-kadang berita wartawan
bertentangan dengan berita praktisi Humas.
Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dalam menjalin komunikasi sebuah
organisasi dalam hal ini sekolah dengan media haruslah terbentuk hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan.
Sejalan dengan pernyataan Satlita (2003) yang menyatakan bahwa hubungan
wartawan (media) dan PRO (Praktisi Humas) sebenarnya saling tergantung.
Wartawan membutuhkan informasi tentang berbagai kegiatan lembaga yang mungkin
punya nilai berita, sedang PRO membutuhkan wartawan agar lembaga memperoleh
liputan oleh media sehingga visibilitas lembaga terjaga. Sayangnya tak sedikit
PRO yang belum memahami dengan benar pengetahuan ihwal wartawan, demikian juga
dengan wartawan yang tidak memahami proses kerja PRO. Oleh karena itu,
Sekolah haruslah memahami dengan sangat baik mengenai seluk beluk pemberitaan
seperti kaidah pemberitaan, etika pemberitaan dan etika pers itu sendiri.
Media
menjadi mitra sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan, sekolah haruslah
menjaga dan menciptakan kerja sama yang sangat baik dengan media, karena isi
dari pemberitaan medialah yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan
membentuk opini publik. Salah sedikit ataupun memantik api masalah sekecil
apapun dengan media dapat menimbulkan masalah besar untuk sekolah, dan dapat
memperburuk citra sekolah di mata publik. Oleh karena itu, sekolah sangat perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pembinaan hubungan sekolah dengan pers agar
terwujudnya hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. jika sekolah dapat
memahami dengan sangat baik media dan menjadikan mereka sebagai mitra yang
saling menguntungkan maka media tersebut juga akan menjadi sahabat yang baik untuk
sekolah dan membantu sekolah membangun citra positif dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hubungan sekolah
dengan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjalin hubungan kerjasama dan penyebaran informasi antara sekolah dan masyarakat untuk membangun partisipasi publik yang dapat
membantu ketercapaian tujuan sekolah. Dalam
penyampaian informasi sekolah dapat menggunakan media yang meliputi media cetak
dan media elektronik.
Media cetak merupakan saluran penyampaian informasi yang penerapannya
mengutamakan pesan-pesan visual dan tercetak dengan tujuan memperoleh
partisipasi dari sasaran informasi itu sendiri. Sedangkan media elektronik
adalah saluran penyampaian informasi dengan menggunakan teknologi dan dapat
disebarkan secara cepat dengan waktu yang singkat.
Tujuan
penggunaan teknik media cetak dan elektronik mencakup mengenalkan, memberi
informasi, mempromosikan, serta membangun kerjasama dengan masyarakat dengan
efektif dan efisien. Sedangkan fungsi dari penggunaan media cetak dan
elektronik adalah: (1) fungsi informasi; (2) fungsi pendidikan; (3) fungsi
hiburan; (4) fungsi kontrol sosial; serta (5) fungsi sebagai lembaga ekonomi.
Media dan
alat hubungan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan kata-kata
tercetak dan dengan kata-kata lisan. Kata-kata tercetak merupakan media atau
alat humas yang dalam penyampaiannya menggunakan kalimat-kalimat atau kata-kata
yang dituangkan dalam suatu media tercetak sehingga para penerima informasi
dapat membaca dan mengetahui maksud dari informasi tersebut. Sedangkan media
dengan kata-kata lisan adalah penyampaian informasi mengenai visi, misi, produk,
atau segala hal mengenai organisasi atau instansi yang dilakukan dengan media
audio dan/atau visual sehingga penyampaian informasi lebih komunikatif.
Ada banyak teknik untuk berhubungan
dengan pers, yakni : (1) membuat siaran pers (press release); (2) mengadakan konferensi pers atau temu pers; (3)
wawancara khusus; (4) perjalanan pers; (5) sponsor lomba jurnalistik;
(6) mengunjungi kantor pers; (7) menjalin hubungan
dengan pers dalam bentuk lain. Membina hubungan dengan pers merupakan faktor
penting dalam menciptakan pencitraan
sekolah (school branding). Sekolah
dapat memanfaatkan media dalam menciptakan pencitraan sekolah.
Jenis-jenis media cetak dapat
mencakup: (1) banner; (2) majalah; (3) surat kabar; (4) iklan; (5) buletin; (6)
sticker; (7) pamflet; (8) poster; (9)
papan pengumuman; (10) brosur; (11) leaflet;
(12) spanduk; serta (13) baliho. Sedangkan media elektronik mencakup: (1)
televisi; (2) radio; dan (3) pers.
Sekolah dalam menuliskan berita
haruslah berdasarkan data dan fakta, kebenaran berita tidak dibuat-dibuat dan
harus dapat dipertanggung jawabkan oleh sekolah sesuai dengan salah satu
prinsip pelaksanaan hubungan masyarakat yaitu objektif. Dalam membuat suatu
tulisan berita, hendaklah praktisi humas membuatnya dengan apa adanya sesuai
dengan kondisi sebenarnya yang terjadi. Penulisan berita haruslah singkat dan
padat namun tetap jelas, pilihan bahasa ataupun diksi yang digunakan disesuaikan
dengan gaya penulisan berita (pers jurnalis), isi dari berita haruslah
berbobot dan berkarakter serta disesuaikan dengan keadaan media yang akan
memuat berita tersebut, praktisi humas juga harus memperhatikan dengan seksama
media mana yang hendak memuat tulisan berita sekolah.
Sekolah haruslah memperhatikan
pedoman ataupun kaidah dalam menjalin kerja sama dengan pers. Beberapa pedoman
dalam menjalin hubungan kerja sama dengan pers adalah: (1) berbicaralah dari
sudut pandang kepentingan publik; bukan kepentingan organisasi; (2) membuat
berita yang mudah digunakan dan dibaca; (3) jika sekolah tidak ingin beberapa
pernyataan dikutip, jangan membuat pernyataan iu; (4) nyatakan fakta paling
penting di awal; (5) jangan berdebat dengan reporter, sebab sekolah bisa jadi
kehilangan kendali diri; dan (6) jika sebuah pertanyaan mengandung bahasa yang
menyinggung atau mengandung kata yang tidak disukai, jangan mengulanginya, atau
menyangkalnnya. Sedangkan prinsip membina hubungan sekolah dengan pers menurut
Jefkins dalam Benty dan Gunawan (2015:126) adalah: (1) memberikan pelayanan
kepada media dengan menciptakan kerja sama dalam hubungan timbal balik; (2)
menegakkan suatu reputasi agar dipercaya; (3) memasok naskah informasi yang
baik; (4) melakukan kerja sama yang baik dalam menyediakan bahan informasi; (5)
penyediaan fasilitas yang memadai; dan (6) membangun hubungan secara personal
dengan media. Pedoman tersebut dapat dijadikan acuan sekolah dalam menjalin
kerja sama dengan pers. Dengan demikian tujuan sekolah dalam membangun dan
mengembangkan sekolahnya mendapat dukungan dari masyarakat.
B.
Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran bahwa sebaiknya
peran Humas setiap lembaga/instansi sekolah dapat dibina dan kembangkan untuk
meningkatkan pengertian masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan di sekolah. peran
Humas juga perlu ditingkatkan guna membangun dan mempertahankan citra positif
sekolah di mata publik maupun masyarakat. Cara yang dapat dilakukan bagian
Humas adalah dengan membangun relasi yang baik dengan media pers, humas harus
lebih responsif dan informatis agar tidak tercipta isu-isu negatif mengenai sekolah sehingga dapat menciptkan citra
negatif di mata publik/masyarakat.
Penggunaan media tidak hanya sebagai media informatif saja, tetapi juga lebih
dimanfaatkan sebagai media persuasif
sehingga banyak masyarakat ataupun publik yang mempercayakan sekolah tersebut untuk
membimbing putra-putri mereka.
Sebaiknya humas dapat membangun
hubungan timbal- balik yang baik dengan media, Humas tidak boleh memilih-milih
media ataupun sampai menganak tirikan salah satu media karena dapat menggiring
opini buruk di mata publik, karena apapun
yang disampaikan media dapat menggiring opini publik. Bagian humas tidak
boleh diberikan peran ganda ataupun peran-peran lainnya sehingga bagian humas
tersebut fokus terhadap tugasnya untuk membangun dan mempertahankan citra
positif sekolah serta meminimalisi masalah-masalah yang terjadi.
DAFTAR RUJUKAN
Benty, D. D. N., dan Gunawan, I. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Malang:
Universitas Negeri Malang
Cutlip, S. M., Center, A. H., dan Broom, G. M., .2005. Effective
Public Relations “Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses” (Terjemahan).Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia
Hakim,W. F. 2013. Public Relations dan Media Relations
(Studi Deskriptif kualitatif Strategi Media Relations Sebagai Upaya
Meningkatkan Citra Positif Hotel Ibis Solo. (Online). http://eprints.ums.ac.id/27302/11/02._Naskah_Publikasi.pdf. Diakses pada 07 Februari 2019
Mahmud, M. 2002. Materi
Pokok Mananjemen Humas. Jakarta: Universitas Terbuka
Satlita, L. 2003. Aktivitas Public Relations dalam
Rangka Membina Hubungan Baik dengan Media Massa. (Online). http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570332/penelitian/AKTIVITAS+PUBLIC+RELATIONS++DALAM+RANGKA+MEMBINA+HUBUNGAN+BAIK+DENGAN+MEDIA+MASSA_1.pdf. Diakses pada 07 Februari 2019.
Stella, I.O.2014. Effectiveness of communication media
used by the public relations department in facilitating effective Internal
public relations at the Kerio Valley Development Authority in Kenya. (Online).
http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_4_No_9_July_2014/11.pdf. Diakses pada 07 Februari 2019
Suryosubroto, B. 2012. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta
Tidak ada komentar